Page 90 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 90
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
penting untuk lebih menekankan makna estetika
dan artistika sebagai karya sastra Indonesia, (5)
pencitraan tipe visual muncul di dalam frasa
damai sentosa //hening tenang,//Sunyi senyap//
alam sekarang. Visualisasi damai dan sentosa
adalah penggambaran suasana penuh keindahan,
ketenangan, kenyamanan. Struktur pencitraan yang
terbangun dalam visualisasi dengan pemanfaatan
gaya bahasa personifikasi, simile, dan paralisme
mempunyai kepaduan yang utuh sekaligus
menggambarkan integrasi ragam instrisik yang
membentuk harmonisasi puisi soneta “Senja”
pada kuatrain 1 larik 2 dan 3. Penggunaan frasa
sukma sunyi dan hati rindu memberikan ilustrasi
suasana sukma yang tenang dan hati yang dimabuk
cinta atau asmara merupakan representasi dari
sensasi internal penyair. Citraan pendengaran yang
dimunculkan penyairnya merupakan alat kepuitisan
untuk memperjelas citra angina. Citraan suara angin
adalah gambaran suasana lingkungan atau alam
yang tidak terpisahkan dengan kepuitisan puisi
soneta “Senja”, kuatrain 1 larik 4. Pencitraan taktil
dalam puisi soneta “Senja” terdapat dalam frasa/
Damai sentosa hening tenang/Sunyi senyap alam
sekarang//. Pencitraan visual, auditory, dan taktil
yang ditunjukkan dalam soneta “Senja”, merupakan
unsur intrinsik membentuk satu kesatuan dan
keragaman intrinsik untuk menciptakan kepuitisan
puisi soneta “Senja”, (6) pola persajakan puisi soneta
“Senja” pada kuatrain 1 memperlihatkan hubungan
yang padu antara pola sajak abba di kuatrain 1
dan plot dengan efek terciptanya peristiwa yang
bergerak dinamis dengan ikatan bunyi sajak akhir
abba yang artistik. Demikian pula pada kuatrain 2
mempunyai hubungan yang padu antara pola sajak
abba di kuatrain 2 dan plot dengan efek terciptanya
ide yang bergerak dinamis di dalam ikatan bunyi
sajak abba akhir yang artistik. Pola persajakan
79