Page 89 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 89
Bagian 04
Sikap penyair semakin sedih dan khawatir
ketika malam tiba dan semakin mengingatkan
akan wajah sang kekasih yang diikat oleh
adat istiadat. Hasil analisis nada bicara (tone)
dalam puisi soneta :Senja” terbangun dengan
harmonis sikap yang terlahir dari penyairnya
dan mempunyai dinamika yang intens untuk
membentuk bunyi dan makna utuh.
Berdasarkan uraian analisis puisi soneta
“Senja”, karya Sanusi Pane dapat disimpulkan
bahwa (1) puisi soneta “Senja” karya Sanusi Pane
adalah sebuah karya yang berkualitas sebab
berhasil mengintegrasikan unsur-unsur intrinsic
puisi soneta “Senja” dengan baik dan jelas sehingga
tercipta dengan kepaduan atau unity. (2) ragam diksi
yang digunakan dalam soneta “Senja” adalah ragam
formal atau ragam baku. Hasil analisis menunjukkan
bahwa hubungan antara aspek formal dengan ide
cerita padu dalam mencipta efek yang dinamis (3)
sinonim dan konsonansi yang merujuk kepada
pengulangan bunyi konsonan di posisi akhir
konstruksi, seperti /ng// dalam kata hening tenang,
sunyi senyap pada larik satu dan larik dua. Pemilihan
kata-kata tersebut didasarkan atas pertimbangan
terciptanya bunyi (ang),(i),(p) sehingga terciptalah
pengulangan bunyi yang musical, (4) gaya Bahasa
personifikasi mempunyai keutuhan makna baik
secara kohesi maupun koherensi yang membentuk
bunyi yang artistik. Soneta “Senja” selain penyairnya
memanfaatkan gaya Bahasa personifikasi, juga
memanfaatkan gaya Bahasa simile, dan gaya
Bahasa paralesme. Gaya Bahasa semile semakin
menambah makna untuk konkretnya informasi yang
ingin disampaikan penyairnya kepada pembaca
atau penikmat sastra. Pemanfaatan gaya bahasa
paralelisme dalam puisi soneta “Senja” secara utuh
(unity) dan ragam gaya bahasa merupakan bagian
78