Page 88 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 88

Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi


                          g.  Analisis Nada Bicara (Tone)
                                   Nada bicara di dalam sastra  bisa
                             didenifisikan  sebagai    sikap  penulis  terhadap
                             pokok permasalahan, terhadap pembaca, dan
                             terhadap diri  sendiri.  Nada bicara merupakan
                             warna emosional atau warna makna dari karya
                             penulis tersebut merupakan unsur penting dari
                             keseluruhan makna (parrine, 1974:72)  dalam
                             Siswantoro,  2010:244).    Nada  bicara  penulis
                             terhadap  pokok  persoalan  yang  ia  angkat  di
                             dalam karyanya itu bias bersuasana (berwarna)
                             emosi, sedih, gembira, netral, hormat, mengejek,
                             dan lain-lain. Pemahaman nada bicara diperlukan
                             strategi sebab  pembaca berhadapan  dengan
                             teks yang membisu. Teks yang bisa dihidupkan
                             dengan berbagai teknik misalnya analisis leksikal,
                             ritme dan sebagainya.
                                   Tone adalah sikap penyair terhadap
                             pembaca sejalan  dengan  pokok  pikiran  yang
                             ditampilkannya. Hal ini mungkin  saja terjadi
                             karena  sewaktu-waktu  berbicara  tentang  cinta
                             dengan diri sendiri akan berbeda  ketika berbica
                             dengan  yang  lainnya  (Aminuddin,  1987:  150).
                             Bagaimana sikap Sanusi Pane terhadap pembaca
                             dalam puisi soneta “Senja”, dapat dibaca dalam
                             frase. Silakan baca pada kolom 03, pola sajak //
                             cde// halaman 59.
                                   Dari terzina 1 ini tampaknya sang penyair
                             bersikap sedih terhadap realitas yang dialaminya.
                             Selanjutnya, dapat dibaca lanjutan untaian baris-
                             baris selanjutnya  dalam terzina 2. Baca teks
                             persajakan //cde// berikut.

                                   (1)  Sukma sunyi seperti dahsyat        c
                                   (2)  Lemah lesu karena rawan             d
                                   (3)  Hati rindu memandang alam        e





                                                                         77
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93