Page 83 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 83

Bagian 04


                             larik 1 beranalogi dengan  hati. Jika malam tiba
                             ada ketakutan yang didiamkan dalam hati yang
                             mengindikasikan suatu kegelisahan akan adinda
                             diikat adat.  Secara lengkap terzina 2 dalam
                             soneta “ Senja”. Lihat  terzina 2, 3 larik, berikut.
                                   (1)   Diam takut menanti malam,
                                   (2)   Terkenang aku akan rupawan,
                                   (3)   Akan adinda diikat adat.
                                   Pencitraan  auditory  juga  sangat  sering
                             digunakan  oleh penyair. Citraan ini  dihasilkan
                             dengan    menyebutkan     atau   menguraikan
                             bunyi  suara (Pradopo, R.Dj. 2007:  81).  Citraan
                             pendengaran     (auditory  omagery)    adalah
                             rekaan yang bertalian dengan deskripsi  yang
                             didapat    lewat  indera  simakan.  Rekaan  ini
                             bisa diproduksikan  dengan menjelaskan atau
                             menerangkan  bunyi  suara, seperti  pada
                             bunyi  ledakan yang menggemuruh, lantunan
                             nyanyian,  dan  sebagainya  (Siswono,  2014:55).
                             Pencitraan pendengaran  puisi  soneta “Senja”
                             dapat dibaca pada frasa // Suara angin tertahan-
                             tahan//. Citraan pendengaran yang dimunculkan
                             penyairnya  merupakan  alat  kepuitisan  untuk
                             memperjelas citra angina.  Citraan suara angin
                             adalah gambaran suasana lingkungan atau alam
                             yang  tidak  terpisahkan  dengan  kepuitisan  puisi
                             soneta “Senja”, kuatrain 1 larik 4.


                          c.  Pencitraan Taktil
                                   Citraan  yang  dapat  dirasakan oleh
                             indera  peraba-sebut  kulit,  kala kita membaca,
                             mendengarkan puisi atau pidato dan menemukan
                             atau mendengarkan beberapa wujud diksi yang
                             membawa  seolah-olah  merasakan  apa  yang
                             disyairkan atau dipidatokan (Siswono, 2014:56).
                             Pencitraan taktil dalam puisi soneta “Senja”
                             terdapat dalam frasa/  Damai sentosa  hening
                             tenang/Sunyi senyap alam sekarang//.  Pencitraan


            72
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88