Page 78 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 78
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
Simile memiliki bentuk tertentu. Harris,
(2002) dalam (Sadeq A.E., 2019: 23) menyajikan
Simili ketika membandingkan kata benda dengan
kata benda umumnya diikuti oleh sesuatu yang
serupa, dengan sebuah contoh dari “jiwa dalam
tubuh seperti burung dalam sangkar”, atau
ketika kata kerja atau frase dibandingkan dengan
kata kerja atau frase , diikuti oleh “sebagai”,
seperti dalam contoh berikut: “ini adalah
pensil dan kertas. Saya ingin Anda bersaing
sebagai pahlawan terhebat dalam perlombaan
kehidupannya.
Simile adalah perbandingan yang bersifat
eksplisit, yaitu ia langsung menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain sehingga memerlukan
upaya yang eksplisit menunjukkan kesamaan,
yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,
laksana dan sebagainya, (Keraf, G. 2008
138). Dalam puisi soneta “Senja” penyairnya
menggunakan satu larik dengan gaya bahasa
simile. baris 2 terzina 2
// Sukma sunyi seperti dahsyat//
Kedakhsatan kesunyian sukma yang
dialaminya sangat dalam, sangat berat, sangat
tinggi dalam mengenang dinda yang diikat
adat. Gaya Bahasa ini semakin menambah
makna untuk konkretnya informasi yang mau
diinformasikan penyairnya kepada penikmat
karya sastra puisi.
c. Gaya Bahasa Paralelisme
Paralelisme adalah struktur pengulangan
linguistik yang variatif, tidak hanya memfasilitasi
akuisisi bahasa tetapi juga membantu menafsirkan
informasi yang menguntungkan dalam budaya
lisan. Paralelisme berkorelasi positif dengan
respon ucapan puitis manusia sebagai hasil
67