Page 82 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 82
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
Pane, seperti pada sajak kuatrai satu empat
seuntai. Lihat kuatrain 1, 4 larik bersajak abba.
(1) Malam turun perlahan-lahan a
(2) Damai sentosa hening tenang b
(3) Sunyi senyap alam sekarang b
(4) Suara angin tertahan-tahan a
b. Tipe Sensasi Internal
Pencitraan tipe sensasi internal ditemukan
pada frasa “adinda diikat adat” dibaris ketiga
terzina dua. Imaji ini ditandai dengan kata sukma,
hati yang keberadaannya ada dalam tubuh
manusia. Penggunaan frasa sukma sunyi dan hati
rindu memberikan ilustrasi suasana sukma yang
tenang dan hati yang dimabuk cinta atau asmara.
Sukma yang ingin menyatu dalam kerinduan dan
kerinduan hati tidak terbatas dengan waktu akan
seseorang adinda yang diikat dengan adat.
Secara fungsi, penyair berhasil
memilih bentuk ungkapan yang tepat untuk
menggambarkan kondisi fisik si aku secara
sederhana. Lihat terzina 1:
(1) Sukma sunyi seperti dahsyat,
(2) Hati rindu memandang alam
Dengan demikian, analisis ini akan
mengantarkan pembaca kepada suatu
kesimpulan bahwa penyair betul-betul telah
menyeleksi pencitraan tipe sensasi internal
sebagai upaya menciptakan pasangan bunyi
yang sepadam. Hal ini juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan integral antara unsur
pencitraan tipe sensasi internal pada frasa
sukma sunyi seperti dahsyat di baris awal dan
frasa hati rindu memandang alam di baris akhir
puisi terzina 1.
Pencitraan sensasi internal yang lain dapat
dijumpai pada frasa diam takut pada terzina 1
71