Page 95 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 95
Bagian 04
yaitu morfofonemik prefiks /ber/ pada kata
berdendang, berada, berharga, prefiks /di/ pada
kata dijaga, dihatinya, dan prefiks /ter/ pada kata
terbawa. Pantun “Hati” ini tidak menggunakan
partikel atau penegas,/kah/lah/tah/ dan/ pun//.
2.2 Semantik dalam pantun”Hati”
Semantik adalah kajian makna kata, frasa,
dan kalimat. Dalam analisis semantik selalu ada
upaya untuk fokus pada makna konvensional
dari sebuah kata, bukan pada apa yang dipikirkan
oleh penutur pada situasi tertentu. Tulisan ini
lebih fokus pada jenis-jenis makna. Makna apa
saja yang digunakan Tri Astoto Kadarie dalam
pantun “Hati” . Ikuti uraian singkat berikut.
Pantun “Hati” terdiri atas 26 kata dan ke-26
tersebut bermakna denotatif. Kata-kata dalam 8
larik semuanya bermakna penuh, denotasional,
konseptual, atau bermakna kognitif. Makna
denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna
yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan (visual), penciuman, perasaan (taktil),
dan pendengaran (auditory). Penggunaan kata-
kata yang bermakna denotatif oleh Tri Astoto
Kadarie berorientasi kemudahan pemahaman
makna unitilisasi teks pantun “Hati”. Dalam
pantun “Hati” tidak hanya memanfaatkan makna
denotasional melainkan memanfaatkan pula
makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Makna lokusi adalah makna seperti yang
dinyatakan dalam ujaran makna apa adanya.
Misalnya kata /orang/kaki/mati/. Makna ilokusi
adalah makna seperti yang dipahami oleh
pendengar. Misalnya dalam larik// niat baik
harus dijaga/tutur kata agar berharga//. Artinya,
pendengar diberikan pemahaman bahwa niat
baik yang dimiliki kepada seseorang harus
konsisten sehingga terkomunikasi dengan baik
84