Page 98 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 98
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
dan tipe bunyi dalam bermacam-macam konteks.
Misalnya, fonem, kelompok natural, fonotaktik,suku
kata, kluster konsonan, efek loartikulasi, nasalisasi,
dan ujaran normal. Substruktur bahasa dalam
fonologi terkait dengan, fonem, fonem segmental
dan suprasegmental, suku kata, fonetik, vokal dan
konsonan. Kaitan antara fonologi dengan cipta
sastra puisi, pantun, atau soneta misalnya sangat
kuat dan saling berinteraksi dalam kontekstual
membentuk untaian-untaian kata yang seterusnya
menimbulkan kesan estetika dan makna yang utuh
untuk dipahami oleh pembaca.
2. Analisis
Kajian fonologi dalam karya sastra adalah
sesuatu yang tidak biasa tetapi pada dasarnya
fonologi menjadi sesuatu yang penting dalam karya
sastra puisi, soneta, dan pantun karena dengan
bunyi akan menambah estetika, mendapatkan
keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi tidak hanya
hiasan dalam puisi, melainkan bunyi juga bertugas
memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan
menimbulkan bayangan angan yang jelas, serta
menimbulkan suasana khusus. Mari kita perhatikan
pemanfaatan aspek fonologi yang terdapat
dalam puisi “Pusat” karya Toto Sudarto Bachtiar
yang meberi sugesti kehidupan dalam bentuk
pengulangan bunyi pada bait pertama baris dua
dan empat, yakni:// Serasa apa hidup yang terbaring
mati// serasa apa kisah sebuah dunia terhenti//.
Dalam larik ini terdapat sugesti yang menyedihkan,
penuh keburuhan, tanpa peruhaban: hidup yang
terbaring mati dalam dunia yang terhenti.
Seterusnya dalam saja Hulo Ball dam Ajip
Rosidi “Ratapan Mati” hanya rangkaian bunyi atau
rangkaian kata-kata tanpa arti. //ombala/take/biti/
solunkota/table tokta tokta takabala/. Kemudian
Sutardji Calzoum Bachri sangat mementingkan
87