Page 102 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 102

Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi


                           maupun drama. Itulah sebabnya dia dikenal sebagai
                           pengarang romantik. Dia merenungi kejayaan dan
                           kemegahan serta  kedamaian masa  lampau. Dia
                           merenungi  kedamaian yang  didendangkan  alam
                           sekitar. Alam  tidak  hanya  sebagai  lambang,  tetapi
                           juga sebagai objek pengubahan sajak-sajaknya yang
                           mendendangkan  alam,  misalnya,  “Sawah,  “Teja”,
                           dan  “Menumbuk  Padi”.  Dalam buku  kumpulan
                           sajaknya yang kedua berjudul Madah Kelana, jiwa
                           keromantikan  mewarnainya.  Banyak  kita  jumpai
                           sajak-sajak percintaan yang cukup romantis, “Angin”,
                           “Rindu”, “Bagi kekasih”, ‘Kemuning”, dan “Bercinta”.
                           Sajak yang  terbesar yang  terdapat dalam Madah
                           Kelana,  yakni  “Syiwa  Nataraja”  adalah  sajak  yang
                           melukiskan  keinginan  pengarang  untuk  bersatu
                           dalam   alam,   (https://badanbahasa.kemdikbud.
                           go.id//lamanbahasa/Nod/Akses: tgl. 25/01/21, jam:
                           12.00)

                   2.      Analisis Unsur Sintaksis Puisi Soneta “Senja”
                                Analisis  unsur  sintaksis  puisi  soneta  “Senja”,
                           karya Sanusi  Pane meliputi  unsur  kata, frase, dan
                           klausa
                                              SENJA
                                         Karya: Sanusi Pane
                                   Malam turun perlahan-lahan.
                                   Damai sentosa hening tenang,
                                   Sunyi senyap alam sekarang,
                                   Suara angin tertahan-tahan,
                                   Bunga di kebun menutup kuntum,
                                   Lalu tidur di dalam duka,
                                   Burung termenung mengingat suka,
                                   Dalam sarang rasa dihukum,
                                   Sukma sunyi seperti dahsyat,
                                   Lemah lesu karena rawan,
                                   Hati rindu memandang alam,
                                   Diam takut menanti malam,
                                   Terkenang aku akan rupawan,
                                   Akan adinda diikat adat.


                                                                         91
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107