Page 107 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 107
Bagian 04
karena, akan, seperti. Morfem turunan merupakan
rangkaian afiks yang merupakan kategori morfem
terikat, misalnya ter-di-me (termenung, dihukum,
memandang) (Yule G (2015: 102).
Integrasi pemberdayaan morfem, morfem
bebas, morfem terikat, morfem fungsional, dan
morfem turunan membentuk satu kesatuan dalam
larik-larik puisi soneta “Senja” sehingga makna yang
tersirat dalam soneta “Senja” dapat dinikmati oleh
pembaca.
4. Analisis Unsur Fonologi Puisi Soneta “Senja”
Fonologi meneliti bunyi-bunyi bahasa tertentu
menurut fungsinya. Fonologi membedakan bunyi-
bunyi bahasa tertentu, dan masing-masing fonem
membedakan kata menurut artinya. Jadi, fonologi
sungguh-sungguh struktur bahasa dan bersifat
fungsional. Kajian fonologi dalam karya sastra
adalah sesuatu yang tidak biasa tetapi pada dasarnya
fonologi menjadi sesuatu yang penting dalam karya
sastra puisi, soneta, dan pantun karena dengan
bunyi akan menambah estetika, mendapatkan
keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi tidak hanya
hiasan dalam puisi, melainkan bunyi juga bertugas
memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan
menimbulkan bayangan angan yang jelas, serta
menimbulkan suasana khusus (Pradopo R.Dj., 2007).
Mari kita perhatikan pemanfaatan aspek fonologi
yang terdapat dalam puisi soneta “Senja”, karya
Sanusi Pane pada teks puisi dalam tabel kolom 01,
bait satu, kuatrain 1, halaman 59. Disebutkan bahwa
pada Larik (1) pada perlahan-lahan terdapat sugesti
yang memperlihatkan perjalanan terbenamnya
matahari secara perlahan-lahan yang melahirkan
perubahan suasana menjadi damai sentosa hening
tenang. Kemudian larik (4) suara angin tertahan-
tahan memberikan sugesti alam yang sepi, tidak
ada kehidupan yang damai dan angin pun enggan
96