Page 106 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 106
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
a. Morfem
Yule G (2015: 101) dan Verhaar J.M.W (2010:
97) menyebutkan bahwa morfem adalah satuan
minimal makna atau gramatikal. Misalnya kata
malam, suara, damai, bunga. Morfem ini memiliki
satuan makna atau satuan gramatikal. Demikian
halnya dengan kata dihukum terdiri atas dua satuan
minimal, yaitu di dan hukum.
b. Morfem Bebas dan Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang dapat
berdiri sendiri dan morfem terikat adalah morfem
yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat
meleburkan diri pada morfem yang lain (Verhaar
J.M.W (2010: 97). Morfem bebas dan terikat dapat
dilihat dalam puisi soneta “Senja”, yakni kata malam,
turun, damai , sentosa, hening , tenang, sunyi, senyap,
alam , sukma ,sunyi, suara, angina, bunga, kebun
tutup, kuntum, tidur, duka, burung , suka, sarang,
dahsyat, lemah, lesu, rawan,hati rindu, alam, rasa,
hukum, diam , takut malam adat adalah morfem
bebas, sedangkan morfem terikat, yaitu termenung,
mengingat, memandang, menutup, dihukum.
Awalan ter- dalam kata termenung, me- dalam kata
menginat, me- dalam kata memandang, me- dalam
kata menutup, dan di- dalam kata dihukum. Dari
tifografi puisi soneta “Senja” dapat diketahui bahwa
Sanusi Pane memanfaatkan dua jenis morfem
dalam cipta puisi soneta “Senja”, yakni morfem
bebas dan morfem terikat.
c. Morfem Fungsional dan Turunan
Morfem fungsional adalah nama lain
dari morfem bebas. Morfem fungsional adalah
rangkaian yang terdiri dari kata-kata fungsional
dalam bahasa seperti konjungsi, preposisi, artikel,
dan pronominal. Dalam puisi soneta “Senja”
dapat kita lihat morfem fungsional misalnya, lalu,
95