Page 116 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 116
Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi
a. Repetisi
Manaf (2008:154) repitisi merupakan gaya
bahasa bukan analogi yang dibuat dengan
pengulangan kata-kata penting guna meletakkan
aksen dalam kerangka yang cocok. Al-Ma’ruf
(2009:111) repetisi merupakan repetisi suara, suku
kata, kata atau bagian kalimat yang mendasar
untuk meletakkan aksentuasi memberi konteks
yang benar. Sastrawan karya satra “TUHAN, AKU
CINTA PADA-MU” ini menggunakan repetisi pada
larik-larik Aku lemas/Aku tak sambat rasa sakit/Aku
pengin makan tajin/Aku tidak pernah sesak napas/
Aku pengin membersihkan tubuhku/Aku ingin kembali
ke jalan alam/Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah./Tuhan, aku cinta pada-Mu.
Pengulangan kata aku pada kedelapan larik
tersebut mempunyai maksud untuk memberi
penekanan. Hal ini menunjukkan bahwa si aku lirik
benar-benar hadir di puisi tidak dengan melalui
suara di luar dirinya. Pengulangan kata “aku”
dituangkan penyair pada setiap bait puisilarik 1
dan 3. Dalam hal ini terdapatpengulangan rima
akhir. Pengulanganrima tengan bunyi /a/ pada
keempat baititu membentuk pola yang sama
sehinggamenimbulkan keintiman, kedekatan dan
ketulusan penyair sebagai makhluk.
b. Retorika retisense
Retorik Retisense ialah sarana retorika yang
menggunakan banyak titik-titik. Penggunaan titik
banyak ini untuk menggantikan perasaan yang tidak
dapat diungkapkan (Wicaksono A.2014).
105