Page 113 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 113

Bagian 04


                           malam,// Terkenang aku akan rupawan// Akan adinda
                           diikat adat”. Akhirnya menyembul rasa cinta kepada
                           “adinda”. Cinta bisa membuat kata-kata sederhana
                           menjadi luar biasa. Cinta, ada  di relung-relung
                           kebahagiaan yang menggetarkan, tetapi juga bisa
                           membuat petaka yang maha dasyat. Cinta seperti
                           angin yang datang dan bisa dirasakan kehadirannya
                           atau pun  merasakan  keindahannya  melebihi
                           keindahan  taman bunga.  Dan begitulah  romantik
                           yang dimainkan dalam jiwa puisi Sanusi Pane.


                        f.  Religi
                                 Perilaku  yang  berupaya  menjadikan  diri
                           sendiri  untuk   selalu  dapat  dipercaya  dalam
                           perkataan, tindakan, dan pekerjaan sebagai salah
                           satu  refleksi  keimanan.  Seseorang  yang  percaya
                           pada kebesaran Ilahi dan ciptaan-Nya. Lingkungan
                           alam semesta yang kaya dengan sumber kehidupan
                           manusia,  sumber  inspirasi  bagi  para penulis,
                           pengarang, dan penyair. Kita lihat untaian kata
                           dalam larik puisi  soneta “Senja” Sanusi  pane,
                           misalnya://  Malam turun  perlahan-lahan/Damai
                           sentosa hening tenang//. Pengakuan yang dalam dan
                           lahir  dari  sanubari  bahwa  Allah  Swt  Maha  Kuasa,
                           Maha Besar, Maha Kasih dan Penyayang.

                        g.  Cinta Damai dan Toleransi
                                 Suatu sikap dan tindakan yang menyebabkan
                           orang  lain  senang  dan  dirinya  diterima dengan
                           baik oleh orang  lain, masyarakat, dan bangsa.
                           Sebuah  kehidupan  sangat memerlukan cinta
                           damai dalam refleksi kehidupan yang berbeda dan
                           bermuara memberikan kesenangan orang lain dan
                           diri sendiri diterima dengan  baik oleh orang lain.
                           Gambaran cinta damai dan toleransi direfleksikan
                           dalam larik puisi  soneta “Senja”, misalnya,  //
                           malam turun perlahan-lahan/damai sentosa  hening
                           tenang//. Ada telerannsi yang digambarkan bahwa


            102
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118