Page 91 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 91
NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA
dalam kenyataan, karena “ilmu sesungguhnya adalah instrumen untuk
82
bertindak secara berhasil”, merefleksikan suatu hubungan yang bersifat
organik antara teori dengan praktik (the organic relation of theory and
practice). Keyakinan epistemologi konstruktivisme di atas, dengan
sendirinya menolak asumsi-asumsi epistemologis sebelumnya bahwa
pengetahuan bisa mengarahkan sendiri pada tindakan yang layak.
Sejumlah faktor yang menjadi latar belakang penerimaan
epistemologi baru dalam pengembangan PIPS antara lain:
Pertama, “kegagalan” dari reformasi PIPS oleh gerakan the New
Social Studies dengan pemikiran “struktur disiplin”-nya yang dipandang
telah melepaskan siswa dengan realitas sosialnya. Keterisolasian siswa
tadi menyebabkan mereka tidak bangkit kesadaran terhadap isu dan
masalah-masalah nyata yang senantiasa mereka hadapi dalam hidup
kesehariannya.
Kedua, pengembangan keterampilan intelektual semata, juga
dipandang mengandung “some danger that programs may become
abstract, academic, and sterile in their appeal to the natural interest”
(Jarolimek, 1977:12) bagi siswa. Sementara yang lebih mereka butuhkan
adalah sebuah pendidikan yang lebih berorientasi pada “activity-
oriented programs” yang memungkinkan mereka bisa lebih terlibat
dalam latihan-latihan kerja dan menuntut mereka untuk mencari tahu,
berspekulasi, mencari informasi, mempertanyakan, menguji firasat,
sampai pada kesimpulan.
Ketiga, temuan berbagai hasil penelitian ke-PIPS-an yang dilakukan
pada awal tahun 1970an yang intinya bahwa PIPS yang “steril” dari
persoalan-persoalan nyata di luar kelas telah menjadikan mereka seperti
“tahanan”. Komitmen kepada pembentukan dan pengembangan
kompetensi berpikir pragmatis tersebut, juga ditegaskan di dalam
rekomendasi NCSS tahun 1971 (Jarolimek, 1977), bahwa keterampilan
intelektual akan mencapai yang terbaik jika dikembangkan dalam
konteks di mana mereka dapat menggunakannya, sehingga bisa
memastikan bahwa memperoleh pengetahuan dan menerapkannya
tidak akan terlalu jauh satu sama lain.
d. Kemampuan Keruangan/Spasial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa memikirkan
setiap pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam konteks
relasi dan paradigma keruangan tempat dirinya berada dan menjalani
kehidupan personal dan sosial, berdasarkan pemahamannya terhadap
berbagai aspek pengetahuan geografis.