Page 79 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 79

NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA

                      Dalam hal  partisipasi politik, tinjauan tersebut menemukan
            70
                  bahwa siswa kurang memiliki kesadaran politik apalagi terlibat dalam
                  politik. Jikapun ada, namun hanya sedikit mempengaruhi peningkatan
                  minat mereka terhadap pemikiran politik, wibawa politik, sinisme,
                  kewajiban warganegara, atau partisipasi politik yang sudah diantisipasi.
                  Partisipasi politik juga berpengaruh tinggi terhadap: (1) minat siswa
                  terhadap peristiwa-peristiwa politik, dan sikapnya terhadap partisipasi
                  politik; (2) peningkatan pengetahuan siswa tentang pemerintahan dan
                  keterampilan menyelidiki, penalaran dasar, dan wibawa politik. Namun,
                  partisipasi politik tidak berpengaruh terhadap toleransi dan kepercayaan
                  politik siswa (Leming, 1991; Ferguson, 1991).
                      Berdasarkan tinjauan atas temuan-temuan tadi, Leming (1991)
                  berargumentasi sungguhpun hasil-hasil studi yang ditinjau kurang
                  memuaskan tentang arti partisipasi sosial bagi peningkatan kesadaran
                  dan tanggung sosial maupun politik siswa, namun apabila jangka waktu
                  partisipasi sosial lebih lama, siswa lebih menghayati keterlibatan sosial
                  yang dijalani. Apalagi jika didukung oleh antusisme guru yang memadai,
                  maka hasil akhirnya ialah luasnya respon yang positif maupun negatif,
                  dengan respon rata-rata secara relatif tidak terpengaruh. Tetapi, kata
                  Leming (1991) selanjutnya “pengaruh potensial dari keterlibatan dalam
                  kehidupan bermasyarakat pada perkembangan siswa merupakan suatu
                  pertanyaan tentang maha pentingnya bagi pendidikan sosial”.
                      Seperti ditegaskan oleh Leming (1991) terhadap hasil tinjauannya
                  di atas, dan hasil studi ini yang menemukan bahwa siswa tetap
                  memandang arti penting partisipasi sosial sebagai bentuk kesadaran
                  dan tanggungjawab sosialnya, harapan untuk memperoleh manfaat
                  positif berupa perolehan keterampilan-keterampilan dalam hubungan
                  antar-manusia, intelektual, utamanya menembus keterpisahan antara
                  sekolah dan masyarakat atau realitas sosialnya dengan melibatkan nilai,
                  sikap, dan perilaku siswa tetap harus menjadi kepedulian dan komitmen
                  kuat dari pendidikan, khususnya PIPS.
                      Konsepsi paling awal tentang kompetensi partisipasi sosial dalam
                  pendidikan dapat dirujuk pada tulisan Dewey (1897)  “My Pedagogic
                  Creed”. “All education proceeds by the participation of individual in the social
                  consciousness of the race” (h. 1). Partisipasi sosial penting bagi setiap
                  pribadi karena memungkinnya secara berkesinambungan membentuk
                  kekuatan, memekatkan kesadaran, membentuk kebiasaan-kebiasaan,
                  melatih gagasan-gagasan, dan meningkatkan perasaan dan emosi yang
                  terdapat di dalam diri pribadi. Dalam pandangan Bruner (1969) gagasan
                  partisipasi sosial Dewey tersebut merefleksikan sikap penentangannya
                  terhadap kehampaan dan kekakuan formalisme pendidikan di sekolah
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84