Page 77 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 77

NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA

                  untuk mengantisipasi kecenderungan siswa untuk bersikap agresif, dan
            68
                  perilaku anti-sosial lainnya, yang oleh Sorokin disebut sebagai “negative
                  types  of  human  beings”, akibat kemajuan teknologi, pertambahan
                  penduduk, kompleksitas kehidupan masyarakat, dan terjadinya ekskalasi
                  konflik kemanusiaan seperti dewasa ini.
                      Signifikansi pembentukan dan pengembangan kompetensi sikap
                  prososial dan altruisme bagi siswa didukung oleh sejumlah temuan
                  penting. Spodek, misalnya menemukan bahwa siswa sudah memiliki
                  kemampuan kognisi sosial yang berhubungan dengan perilaku
                  prososial, dan perspective taking. Lebih rinci Urgurel-Semin melaporkan
                  bahwa sikap lebih mementingkan diri-sendiri (selfish) pada anak mulai
                  terkikis  dan mulai menampakkan sikap prososial  dan altruismenya
                  secara konstan meningkat sejak anak berusia 7 tahun (63%), usia 9-10
                  tahun (77%), dan memasuki usia 12 tahun sikap selfish tersebut sama
                  sekali tidak tampak (Wyner & Farquhar, 1991).
                      Studi-tudi tersebut juga dikuatkan oleh temuan Wright, Handlon
                  & Gross, Scheider, Midlarsky & Bryan, dan Staub. Bahkan, studi Damon,
                  menegaskan bahwa sikap prososial dan altruisme anak sudah muncul
                  sejak usia 6 tahun, sekalipun masih dalam situasi terbatas dan sebatas
                  kepada orang yang mereka kenal dan sukai (Wyner & Farquhar, 1991).
                  Dari studi-studi ini teridentifikasi dua faktor penting dalam proses
                  pembentukan  dan  pengembangan  kompetensi  sikap  prososial  dan
                  altruisme pada anak, yaitu:
                  (1)   Kematangan usia, artinya anak cenderung bersikap prososial dan
                      altruisme anak meningkat sejalan dengan pertambahan usianya,
                      walaupun tidak sepenuhnya eksklusif.
                  (2)   Lingkungan sosial, terutama ketika anak berada dalam “proses
                      sosialisasi” atau dalam terminologi Bandura sebagai proses “belajar
                      sosial” (social learning). Artinya, bahwa anak cenderung bersikap
                      prososial dan altruisme ketika mereka semakin intens berinteraksi
                      dengan lingkungan/orang lain; berempati dengan orang lain. Dari
                      proses sosialisasi, anak juga mendapatkan penguatan dari orang
                      yang lebih tua, seperti dilaporkan oleh Wright, Midlarsky & Bryan,
                      Alfreed, dan Staub; meningkatkan perkembangan moral anak,
                      seperti dilaporkan oleh Emler & Rushton, dan Rushton; melakukan
                      pemodelan dan identifikasi-diri dengan orang yang lebih tua,
                      seperti dilaporkan oleh Mussen & Eisenberg-Berg; adanya stimulasi
                      situasi yang memungkinkan anak melakukan proses inferensial
                      terhadap terhadap informasi-informasi yang diterima, seperti
                      dilaporkan oleh Karniol (Wyner & Farquhar, 1991); dan
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82