Page 78 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 78

PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF

          (3)   Variasi budaya, artinya sejauh mana budaya menjadi  “a force   69
              shaping” disposisi anak terhadap sikap-sikap prososial, altruisme,
              persaingan, atau kerjasama. Menurut Eisenberg & Mussen (Wyner
              & Farquhar, 1991), dalam banyak budaya, sikap-sikap prososial,
              altruisme bersifat pradominan, sedangkan sikap-sikap lain
              seperti egoisme dan selfish dijadikan norma. Tetapi mereka juga
              menemukan sejumlah karakteristik budaya yang sangat penting
              bagi pembentukan dan pengembangan kompetensi sikap prososial
              dan altruisme anak, yaikni: (a) kepedulian orang tua terhadap
              sikap-sikap saling berbagi, dan berorientasi pada kelompok; (b)
              adanya organisasi yang sederhana, dan/atau berlatar tradisional,
              pedesaan; (c) penekanan tugas-tugas wanita pada fungsi-fungsi
              ekonomi penting; (d) adanya kehidupan di dalam keluarga luas; (e)
              pemberian tugas-tugas dan tanggungjawab dini kepada anak.

          g.   Kemampuan Partisipasi Sosial
              Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk
          berpartisipasi (langsung dan tidak langsung) dalam berbagai aktivitas
          sosial-kemasyarakatan sejauh dimungkinkan sesuai dengan kapasitas
          personal yang dimiliki. Seperti dikemukakan dalam bab sebelumnya,
          partisipasi sosial dilihat dari dimensi hubungan antara kesadaran mereka
          terhadap hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat atau negara,
          yang merentang dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga kehidupan
          masyarakat luas.
              Sementara itu, dari sejumlah studi yang ditinjau dan diikhtisarkan
          Leming (1991) dan Ferguson (1991) tentang pengaruh pelibatan siswa
          dalam aktivitas sosial (pemecahan masalah sosial, layanan jasa sosial
          hingga partisipasi langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial) dan aktivitas
          politik (penyelesaian isu-isu politik) terhadap peningkatan kesadaran
          dan partisipasi sosial dan politik siswa sebagai warga masyarakat dan
          politik, memperlihatkan hasil yang bervariasi.
              Dalam tinjauan tersebut partisipasi sosial, terbukti berpengaruh
          kecil terhadap peningkatan harga-diri siswa, dan peningkatan
          moral  siswa.  Partisipasi  sosial  juga  sangat  berpengaruh  terhadap
          perkembangan moral siswa apabila dilakukan dengan: (1) memberikan
          pengalaman  langsung yang  lebih lama;  (2) meningkatkan kesadaran
          siswa terhadap kompetensi bertindak dengan penuh tanggungjawab,
          kewibawaan diri, rasa mempunyai tugas pribadi, dan sikap yang lebih
          positif terhadap orang dewasa, serta rasa kompetensi social. Akan tetapi,
          partisipasi sosial tidak berpanguh signifikan terhadap rasa bermasyarakat
          dan tanggungjawab sekolah, keterlibatan pada masyarakat yang sudah
          diantisipasi (Leming, 1991; Ferguson, 1991).
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83