Page 73 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 73

NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA

                  masing yang berinteraksi harus sama-sama memberikan makna. Akan
            64
                  tetapi sifat ketertutupan pola interaksi pertemanan di kalangan siswa
                  tersebut, makna hubungan pertemanan dan sebaya di kalangan siswa
                  tetap sangat penting, terutama dalam pembentukan kompetensi
                  interaksi sosial, seperti diungkap dari hasil-hasil studi Brendt, Hartup &
                  Moore (Wyner & Farquhar, 1991). Menurut studi itu pula disimpulkan
                  bahwa “the place of friendships in the child’s social world as basic elements
                  in the elaborate social structure that constitute the social world of peers”
                  (Wyner & Farquhar, 1991:114).
                      Studi yang penulis lakukan (Farisi, 2005), juga menunjukkan ada
                  empat dasar pertimbangan yang digunakan siswa di dalam melakukan
                  interaksi sosial, yaitu:
                  (1) “psikologis”  (psychologically), artinya menyenangkan, tempat
                      mencurahkan atau berbagi rasa (teman curhat), bisa menghibur
                      dirinya di kala dirundung kesedihan, sabar, tidak suka mengganggu,
                      tidak nakal, tidak suka bohong, dan tidak suka marah;
                  (2)   “sosial” (socially), artinya baik, ramah, perhatian sama teman, suka
                      menolong, pendiam, tidak cerewet atau banyak bicara;
                  (3)   “intelektual” (intellectually), artinya pintar, sebagai tempat bertanya,
                      belajar, dan bertukar pikiran, dan tidak suka menyontek;
                  (4)   “fisik” (physically), artinya cantik, lincah, lucu, bisa membela dirinya
                      di kala ada teman yang mengganggu. Dalam kasus ini, paradigma
                      gender tidak banyak berpengaruh terhadap pandangan mereka,
                      artinya siswa tidak membatasi hubungan di antara mereka hanya
                      dengan sesama gender.

                      Temuan tersebut tidak jauh berbeda dari sejumlah hasil studi
                  dari  Vygotsky,  Patterson  &  Bank,  Wyner,  Berndt,  Spencer,  Brookins,
                  Allen, Hartup, Moore, Lewis, yang ditinjau dan diikhtisarkan oleh
                  Wyner & Farquhar (1991). Studi-studi tersebut menemukan bukti
                  bahwa kemampuan interaksi sosial pada anak dipengaruhi oleh faktor
                  “interpsikologis” dan  “intrapsikologis”; adanya kesamaan nilai, minat,
                  dan aktivitas; adanya perlindungan, minat, kepercayaan, aturan regulatif,
                  rasa  saling  berbagi,  saling  membantu,  dan  negosiasi;  intensitas  dan
                  kualitas sosialisasi; adanya teman khusus; dan kepemilikan konsep dan
                  pengertian diri.
                      Studi yang penulis lakukan (Farisi, 2005) juga mengungkap bahwa
                  dalam suatu interaksi sosial di antara siswa memunculkan adanya dua
                  sosok, yakni: (1) “bintang” (star) yaitu siswa yang paling disenangi/disukai
                  karena memenuhi sejumlah faktor dalam interaksi sosial; (2) “tersisih” (a
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78