Page 72 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 72
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
Saxe (1994) bahkan menegaskan bahwa kemampuan komunikasi 63
merupakan kebutuhan universal pertama (the first universal need) bagi
setiap siswa; bahkan Martorella memandangnya tidak hanya sebagai
sebuah kompetensi sosial, melainkan lebih sebagai “social skill for survival”
dalam pengertian mencapai kehidupan yang harmonis, berkhasanah,
dan produktif. Kemampuan komunikasi memungkinkan mereka bisa
saling berbagi gagasan dengan orang lain; memberikan pertimbangan
kepada pemikiran dan gagasan orang lain; menghargai toleransi;
membangun konsensus secara demokratis; dan mengekspresikan
kebebasannya secara holistik. Kemampuan komunikasi melalui bahasa
(linguistic ability)---tulis, gambar, gerak, dan lisan--sebagai alat/media
bagi siswa untuk mengemukakan pikiran, menguji gagasan-gagasan
mereka melalui cara-cara konfirmasi, negosiasi dengan sesama
temannya, dan prediksi.
Martorella (1985) juga memandang kemampuan komunikasi
sebagai aspek sentral agar siswa nantinya bisa hidup harmonis di
dalam kehidupan sosialnya, yang dapat menumbuhkan sikap toleransi
dan keterbukaan pikiran (openmindedness) dalam memahami cara
pandang orang yang mungkin berbeda dengan cara pandang
dirinya. Pembentukan dan pengembangannya perlu ditekankan pada
kemampuan berbicara, mendengarkan, resolusi konflik, dan negosiasi.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Stopsky & Lee (1994),
bahwa komunikasi merupakan kemampuan yang mendasar dalam
relasi dan interaksi manusia. Karena itu menurutnya, PIPS harus
memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan keterampilan
komunikasinya. Berbeda dengan Martorella (1985), pembentukan
dan pengembangan kemampuan komunikasi menurutnya perlu
ditekankan pada keterampilan membaca, menulis, berbicara,
mengemukakan pandangan, dan mendengarkan yang dianggapnya
sebagai keterampilan-keterampilan dasar yang dapat membantu siswa
merasakan dunianya.
d. Kemampuan Interaksi Sosial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa membangun
relasi dan interaksi sosial baik dalam kehidupan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat luas berdasarkan kapasitas pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan interaksionalnya.
Studi yang penulis lakukan (Farisi, 2005), mengungkap bahwa
interaksi sosial (pertemanan) cenderung bersifat tertutup (closed social
interaction), hanya terjadi di antara orang atau sekelompok orang yang
memiliki kesesuaian dan keterikatan antar-personal, serta masing-