Page 63 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 63
NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA
c. Kemampuan Aktualisasi Diri
54
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk
mengekspresikan atau mengaktualisasikan pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan personalnya melalui berbagai media aktualisasi (lisan,
tulisan, dan gerak) yang tersedia dan memungkinkan dalam berbagai
konteks kehidupan keseharian personal, sosial dan kultural.
Kompetensi ini juga dipandang sebagai muara tunggal untuk
melihat sejauh mana pandangan, nilai, keterampilan, dan sikap siswa
terhadap dirinya mewujud di dalam aktivitas nyata keseharian. Studi
penulis (Farisi, 2005) juga menunjukkan bahwa kemampuan siswa untuk
beraktualisasi tercipta dari adanya kepercayaan-diri (self-confidence)
mereka yang kuat terhadap apa yang ada pada dirinya dan atas dasar
itu pula mereka memutuskan apa yang layak dilakukan, sedangkan
bentuknya siswa senantiasa tetap beradaptasi dengan ekspektasi,
tuntutan, dan penerimaan sosial. Dengan kata lain, aktualisasi-diri siswa
tetap harus ditempatkan di dalam koridor “reciprocal responsibility”
antara tanggungjawab pribadi dan tanggungjawab pribadi, atau
sebaliknya (Martorella, 1985).
Signifikansi kompetensi aktualisasi-diri pertama kali secara tegas
dan dirumuskan dalam teori dan filsafat dikemukakan Dewey (1962),
yang memang memandang bahwa “the child becomes the sun about
which the appliances of education; he is the center about which they are
organized” (h. 34). Pandangannya tersebut kemudian dikenal sebagai
konsepsi pendidikan yang berpusat pada anak (child-centered education).
Dalam konsepsi Dewey (1962) aktualisasi-diri harus menjadi tujuan
utama pendidikan, “Not knowledge or information, but-self-realization, is
the goal” (h. 9). Aktualisasi-diri dalam pandangan Dewey memiliki dua
makna, personal dan sosial.
Secara personal, aktualisasi-diri dimaknai sebagai kemampuan
siswa mengekspresikan diri dalam bentuk pemikiran, sikap, dan tindakan
berdasarkan minat, nilai, pengalaman, gagasan, naluri, kesadaran,
imajinasi, dan kebutuhan mereka sendiri ke dalam berbagai medium
(perkataan, tulisan, aktivitas fisikal, dll) di dalam kehidupan nyata.
Secara sosial, aktualisasi-diri siswa dimaknai sebagai kemampuan
siswa mengekspresikan diri dalam bentuk relasi, partisipasi, interaksi,
sebagai proses atau aktivitas dirinya untuk turut memberikan
makna terhadap dirinya di dalam berbagai realitas kehidupan sosial.
Pandangannya tersebut, sejalan dengan filsafat pragmatisme-nya
bahwa kebenaran ilmu terletak pada penerapan atau pemanfaatannya
dalam kenyataan, karena “ilmu sesungguhnya adalah instrumen untuk
bertindak secara berhasil”, maka kemampuan aktualisasi-diri bagi Dewey