Page 62 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 62
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
pengembangan kemampuan siswa berpikir reflektif dan pemecahan 53
masalah. Sedangkan Schuncke (1988) melihat signifikansinya dari sisi
kemampuan siswa dalam hal “perspective taking”, berinteraksi dengan
orang lain, melihat dunia secara utuh, dan menginterpretasikan situasi
sebagaimana halnya orang lain mengkajinya berdasarkan perasaan dan
pemikiran aktual. Yonemura (Wyner & Farquhar, 1991) melihat pada lebih
mungkinnyas siswa secara bebas dan terbuka pula memposisikan dan
memerankan diri (sikap, perasaan, dan pandangan) dalam kehidupan
kelas dan sosial. Di dalam kompetensi objektivitas-diri sesungguhnya
juga memuat dimensi kesadaran sosial yang oleh para pakar dipandang
sebagai komponen penting di dalam PIPS.
Studi yang penulis lakukan (Farisi, 2005) juga menunjukkan bahwa
sikap objektif siswa terhadap diri-sendiri berkorelasi dengan konsep dan
pengertian diri. Sejauh siswa memiliki konsep dan pengertian diri yang
positif, mereka cenderung bersikap objektif terhadap dirinya; demikian
pula sebaliknya.
Ada beberapa faktor yang menurut Erickson (2010) diduga sangat
kontributif terhadap pembentukan dan pengembangan kompetensi
objektivitas-diri siswa, yakni: (1) adanya pertimbangan “risiko-diri” dan
“risiko sosial”; (2) semakin luasnya jalinan relasi dan interaksi sosial
siswa, sebagai konsekuensi dari peralihan fokus dari dari diri-sendiri dan
rumah ke perhatian terhadap lingkungan sekitar, kelompok sebaya, dan
sekolah; dan (3) keterlibatan aktif siswa dalam permainan-permainan
yang oleh Haris dipandang sebagai wahana bagi siswa untuk saling
berkoeksistensi antara perasaan dan keyakinan dirinya dengan perasaan
dan keyakinan orang lain atau teman-teman sepermainannya. Arti
penting bermain/permain di dalam melatih kemampuan siswa untuk
“berpikir secara divergen”, juga didukung oleh hasil studi Vandenberg
& Sutton-Smith (Wyner & Farquhar, 1991). Temuan tersebut kontras
dengan pandangan Piagetian tentang model “assimilasi permainan”.
Agar kompetensi sikap objektif pada diri sendiri tersebut bisa
terbentuk dan berkembang secara optimal pada diri setiap siswa, maka
guru harus mampu membelajarkan dan mendidik siswa untuk secara
objektif mengenal diri-sendiri dan orang lain. Beberapa cara yang
direkomendasikan berdasarkan sejumlah temuan empirik antara lain:
(1) penilaian guru terhadap siswa harus mencerminkan penilaian yang
tepat terhadap kemampuan dan konsep diri siswa; (2) perilaku mengajar
guru harus sangkil sehingga mampu meningkatkan objektivitas-diri
siswa; (3) menampilkan cara, sikap, dan perilaku mengajar yang interaktif
dan demokratis daripada otoritatif sehingga tercipta suasana kelas
yang positif dan demokratis, dan mendorong siswa untuk membuat
keputusan kelas bersama daripada sepenuhnya diputuskan oleh guru.