Page 60 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 60

PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF

          disadari oleh sebagian besar pakar dapat mendistorsi atau merusak self-  51
          concept siswa.
              Dalam kaitan ini, penting diperhatikan bahwa pembentukan dan
          pengembangan konsep dan pengertian diri siswa tersebut tetap harus
          dilakukan secara akademik, tidak hanya didasarkan pada pemikiran-
          pemikiran subjektif dari siswa semata; dan PIPS memiliki peran dan
          tanggungjawab membantu siswa melakukan pembentukan dan
          pengembangan  konsep  dan  pengertian  dirinya secara akademik
          (student’s academic self-concept and self-understanding) tersebut. PIPS
          juga tidak boleh mengunci siswa hanya di dalam persepsi-persepsi dan
          peran-peran yang dituntut oleh orang lain atas dirinya, melainkan juga
          harus memberikan ruang gerak bagi siswa untuk mengekspresikan
          konsep dan pengertian dirinya secara bebas di dalam kelas pembelajaran
          PIPS, karena hal itu diyakini sebagai cara belajar terbaik bagi siswa. Sebab,
          keterbatasan siswa mengekspresikan konsep dan pengertian dirinya
          bisa melahirkan perasaan rendah diri yang selanjutnya menyebabkan
          mereka  mempunyai  banyak  masalah  di  sekolah,  tidak  populer,  dan
          bertingkahlaku dengan cara yang tak lazim (nakal, suka mengganggu,
          dan semacamnya).

          b.   Sikap Objektif Terhadap Diri Sendiri
              Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa melakukan
          evaluasi-diri objektif dan tidak subjektif terhadap kemampuan sendiri
          di dalam rangka memposisikan dan memerankan diri di dalam konteks
          kehidupan pribadi, dan juga di dalam konteks relasi-relasi sosial mereka
          baik di lingkungan kelas, keluarga, maupun di masyarakat luas.
              Kepemilikan kompetensi  “objektivitas-diri” pada siswa tersebut
          menunjukkan bahwa mereka sudah memiliki kecenderungan diri untuk
          menjauhi sikap-sikap  “egosentrisme”, atau  “apa kata saya”.  Temuan
          tersebut sejalan dengan studi Piaget yang menemukan bahwa memasuki
          fase operasional kongkrit pandangan egosentrisme yang melekat pada
          diri anak fase sebelumnya (pra-operasional) mulai berubah sejalan
          dengan aspek-aspek  pertumbuhan kognitifnya dan pertambahan
          kapasitas kemampuan bahasanya, sehingga memungkinkan anak
          terlibat di dalam sosialisasi yang lebih luas 315).
              Signifikansi kompetensi objektivitas-diri siswa dapat dicermati
          dari hasil studi Piaget pada siswa usia pendidikan dasar. Hanya berbeda
          dengan Piaget, studi ini lebih memperlihatkan pengaruh faktor sosial
          (relasi dan interaksi sosial) selain faktor personal dalam pembentukan
          dan perkembangan kompetensi objektivitas-diri, sementara Piaget
          lebih menempatkan faktor kognitif sebagai  korelat utamanya.  Piaget
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65