Page 45 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 45

NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA

                      Namun demikian, NCSS tidak memandang penting  “struktur
            36
                  disiplin” sebagai substansi program PIPS, melainkan lebih ditekankan
                  pada  “kebergunaan”nya dalam membantu siswa menjadi aktor atau
                  partisipan dalam proses-proses sosial kemasyarakatan. Dengan
                  kata lain, dalam visi NCSS bahwa PIPS sudah saatnya dikembangkan
                  sebagai  program pendidikan  yang  memadukan  aspek-aspek  terbaik
                  dari keterlibatan aktif manusia dengan pengembangan kemampuan
                  berpikir. Maksudnya, bahwa keterampilan intelektual, baru dapat
                  dikembangkan lebih baik di dalam latar di mana siswa dapat secara aktif
                  menggunakannya. Hal ini akan memberikan kepada mereka keyakinan
                  bahwa  mencapai  pengetahuan  dan  menerapkan  pengetahuan  sama
                  pentingnya.
                      Orientasi  ‘baru’ dalam pengembangan gagasan kurikulum PIPS
                  tentang pendidikan berpikir kritis-reflektif yang berorientasi pada
                  “masalah” dan  “pemecahan masalah tersebut, sesungguhnya sudah
                  ditegaskan oleh Dewey  di  dalam  CSS  1913-1916,  yang  dasar-dasar
                  teoretik dan filosofisnya dikemukakan dalam bukunya “How We Think”
                  (Dewey, 1910) dan “Democracy and  Education” (Dewey, 1964). Sejauh
                  yang bisa dilacak dari jejak-jejak sosio-historis epistemologi PIPS, setidak-
                  tidaknya ada 6 (enam) pemikiran yang mendukung perlunya pendidikan
                  berpikir kritis-reflektif dalam PIPS. Keenam pemikiran tersebut adalah:
                      Pertama, pemikiran dari Hunt & Metcalf (1955) yang memandang
                  bahwa PIPS perlu dipikirkan sebagai wahana yang diharapkan mampu
                  mendidik siswa “mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
                  secara cermat” serta mampu “memaksimalkan peluang bagi siswa agar
                  bisa membuat keputusan-keputusan cerdas dan bernalar atas dasar apa
                  yang mereka pandang berharga dan diyakini, serta bisa membimbing
                  mereka menerima gagasan-gagasan atau prinsip-prinsip, dan bisa
                  membimbing mereka mengambil tindakan lebih lanjut”.
                      Kedua, pemikiran yang memandang PIPS perlu diarahkan
                  pada kemampuan  “mengklarifikasi nilai” (value clarification)  seperti
                  dikemukakan oleh Metcalf, Hunt, dan Simon (Metcalf, 1971; Stanley,
                  1985). Menurut aliran ini, program PIPS perlu diarahkan pada
                  kemampuan siswa melakukan “perjernihan nilai”, karena persoalan nilai-
                  --sekalipun nilai-nilai tersebut sudah menjadi konsensus tingkat tinggi--
                  -tidak bisa dipaksakan oleh siapapun, termasuk guru.
                      Ketiga,  pemikiran  yang  memandang  PIPS  perlu  diarahkan
                  pada  “tindakan sosial” (social action) yang dasar-dasar pemikirannya
                  dikembangkan oleh Simon, Rath, Harmin, dan secara komprehensip oleh
                  Newmann (Stanley, 1985). Program PIPS bagi aliran pemikiran ini, perlu
                  menjadikan  “kompetensi  lingkungan”  (environmental competencies)
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50