Page 48 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 48
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
berkaitan dengan masyarakat-masyarakat lainnya, yang kontennya 39
berasal dari ilmu-ilmu sosial dan disiplin-disiplin yang lain, serta
dari hasil refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman
budaya siswa.
Rumusan NCSS tersebut secara prinsipial jelas merefleksikan
penerimaan secara luas konstruktivisme sebagai keyakinan
epistemologis PIPS. Bahwa paradigma konstruktivisme yang diterima
juga bukan konstruktivisme-kognitif Piagetian an-sich, melainkan dalam
bentuk sintesis antara konstruktivisme-kognitif Piagetian-Brunerian dan
konstruktivisme-sosial Vygotskyan-Lurian (juga termasuk Herbartian-
Deweyan). Memadukan dimensi pengalaman psikologikal ala Piagetian-
Brunerian dan pengalaman sosial dan kultural ala Vygotskyan-Lurian,
juga menjelaskan bahwa di kalangan pakar dan epistemolog PIPS telah
terjadi komitmen akademik dan profesional bahwa epistemologi yang
tepat adalah “Epistemologi Sosial” (Social Epistemology), seperti yang
diajukan oleh Pokewitz & Maurice (1991).
Konstruktivisme sebagai pijakan epistemologi PIPS, semakin
ditegaskan oleh “the House of Delegates” NCSS tahun 1993, seperti dimuat
th
di dalam dokumen “Minutes of the 36 Delegate Assembly” (Laughlin,
1995) dan “A Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies”
(NCSS, 1993). Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa “PIPS akan
kokoh apabila terpadu, bermakna, berbasis nilai, aktif, serta menantang”
(social studies is powerful when it is integrative, meaningful, value based,
active, and challenging)” (Brophy & Alleman, 1995).
Dari lima karakteristik PIPS yang “powerful” tadi, salah satunya
yang merefleksikan paradigma konstruktivisme adalah “bermakna”
(meaningful). “Social studies is powerful when it is meaningful” dan
“membuat belajar bermakna adalah inti dari PIPS” (Brophy & Alleman,
1995). Dalam visi NCSS, kebermaknaan program PIPS terjadi apabila
memenuhi unsur-unsur seperti (1) materi, (2) metode, (3) proses, (4)
asesmen, dan (5) peran guru.
Dari sisi materi, kebermaknaan program PIPS dicirikan oleh
pemusatan pada materi (pengetahuan, nilai, keyakinan, disposisi, dan
keterampilan) yang memungkinkan siswa “belajar jaringan yang saling
berkaitan” di antara materi yang dipelajari. Materi-materi tersebut juga
harus bermanfaat atau berguna bagi siswa baik ketika dia berada di
sekolah maupun di luar kelas atau kehidupan kesehariannya. Materi
PIPS juga harus berupa “gagasan penting” yang bisa mewadahi topik
pembelajaran, serta mampu memberikan pengertian, appresiasi, dan
bisa diaplikasikan dalam hidup kesehariannya. Hal ini bermakna bahwa