Page 42 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 42
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
hingga terjauh (dunia). Secara konseptual, sesungguhnya gagasan 33
kurikulum Hanna tersebut sudah muncul sejak tahun 1913 di dalam
pemikiran CSS tentang “a broader horizon” (Saxe, 1991).
Dasar teoretik dan filosofis kurikulum Hanna dan CSS tersebut,
dapat dilacak di dalam “Herbart’s system of philosophy”, yaitu sistem
filsafat yang asumsi-asumsi filosofisnya berpusat pada “the analysis of
experience”, dan memandang bahwa “all mental phenomena result from
interaction of elementary ideas” (Clark, 2000).
Formulasi pemikiran Herbartian kemudian dirumuskan dalam
sebuah teori yang dikenal sebagai “Teori Rekapitulasi Kesadaran”
(Recapitulation Theory of Cognition) (Koops, 2015), yang menempatkan
kesadaran pada “diri sendiri” sebagai “pusat sistem”, kemudian meluas
kepada kesadaran pada dunia “di luar-diri”. Implikasinya adalah, bahwa
pengembangan kurikulum mengikuti bangunan sekuensi dari gagasan-
gagasan yang penting bagi individu. Artinya, pengembangan bahan
kajian program harus dikembangkan secara “sekuensial” dari konsep-
konsep atau gagasan-gagasan yang dipandang penting bagi siswa dari
yang bersifat “pengenalan diri siswa sendiri” (self) meluas pada materi
“pengenalan dunia luar yang semakin meluas” (world), terutama “dunia
sosial” (social world). Karena itu pula kurikulum PIPS model Hanna dan
CSS sering pula disebut model kurikulum “expanding communities of
men” atau “the widening horizons”.
Sistem filsafat Herbartian tersebut, oleh pakar PIPS juga diakui
telah menjadi “landasan filsafat dalam gerakan PIPS secara keseluruhan”
semenjak awal konseptualisasi PIPS. Karena itu pula, pandangan
Kliebard (2004) dan Akenson (1987) bahwa dasar-dasar pemikiran
kurikulum PIPS model Hanna tidak semata-mata diturunkan dari ilmu-
ilmu sosial, melainkan juga dipengaruhi oleh konsepsi-konsepsi ilmiah
dan predisposisi-predisposisi kultural dan institusional, serta menyatu
dengan kebutuhan praktis sekolah, dapat dibenarkan.
Bahwa kurikulum Hanna didasarkan pada asumsi-asumsi
epistemologis dari psikologi perkembangan anak, bahwa semua
perkembangan haruslah mempunyai keseimbangan secara psikologis.
Berdasarkan asumsi tersebut, kurikulum PIPS juga harus sesuai dengan
minat dan pengalaman siswa, tahapan perkembangan mental siswa, bisa
menciptakan kesatuan dan keterhubungan, sejalan dengan pendidikan
kewarganegaraan; juga didasarkan pada keyakinan bahwa program
tersebut bisa menggerakkan siswa belajar dari sesuatu yang sederhana
dan nyata menuju yang abstrak. Dengan kata lain, perspektif baru dalam
pengembangan kurikulum PIPS model Hanna telah dikaitkan dengan
perubahan-perubahan sosial dan kultural, maupun kemajuan teori-teori
ilmiah di dalam disiplin psikologi.