Page 119 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 119
NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA
yang dialami. Perbedaannya lebih terletak pada derajat abstraksi,
110
generalitas, sistematisasi organisasi, dan kontrol terhadap proses
dan hasilnya. Penggunaan pengetahuan fungsional/keseharian ini,
tidak hanya memudahkan siswa, tetapi juga menghindari terjadinya
“dekontekstualisasi” materi-materi PIPS akibat tuntutan ke arah berpikir
formal di sekolah. Siswa tidak bisa lagi berkaitan langsung dan dekat
dengan pengalaman dunia kehidupan nyata di mana dia terlibat
langsung atau berdekatan dengannya.
Bila ini terjadi, siswa akan tercerabut dari pokok materi yang
ada di dalam pengalaman hidup (the subject matter of life-experience),
dan minat sosial siswa yang permanen pun akan hilang. Penggunaan
pengetahuan fungsional/keseharian siswa, juga dapat memberikan
makna, lebih realistik dan bermanfaat bagi siswa di dalam menghadapi
kenyataan hidup; juga lebih mampu mendekatkan dan mengukuhkan
jalinan yang erat, dan sarat, antara materi-materi yang siswa pelajari
di sekolah dengan realitas, fenomena, masalah, dan/atau kasus-kasus
kehidupan nyata.
Sebagai substansi materi kurikulum PIPS kedua jenis pengetahuan
tersebut harus bersifat eklektik. Penggunaan keduanya secara
berbarengan harus dilakukan dengan cara menciptakan suatu sistem
organisasi materi yang relevan, dan memuat realitas, fenomena,
masalah, dan/atau kasus-kasus tertentu yang bisa didekati oleh kedua
jenis pengetahuan tersebut.
Paling mendasar dari semua itu adalah, bahwa struktur substantif
PIPS harus memfasilitasi kemungkinan yang luas dan terbuka kepada
siswa untuk: (1) membangun kesadaran diri siswa sebagai subjek atas
realitas yang dialami selama pembelajaran dan kehidupan sesehariannya;
(2) mengembangkan kemampuan diri membangun pengertian, nilai,
sikap, dan tindakannya secara mandiri berdasarkan pengetahuan-
pengetahuan substantif (faktual, konseptual, dan normatif/afektif) yang
dipelajari; dan bukan dimaksudkan untuk penguasaan struktur disiplin
ilmu an sich.
2. Struktur Sintaktik
Struktur sintaktik dimaksudkan sebagai jalinan atau relasi antar-
materi kurikulum yang saling berkaitan penuh makna di antara
berbagai jenis prosedur, yang dapat memfasilitasi siswa di dalam hal:
(a) pendekatan, strategi, cara, teknik, keterampilan, proses, dan/atau
prosedur dalam mengkaji, menguji, memperluas, dan membangun
pengertian, nilai, sikap, dan tindakannya; (b) prinsip-prinsip dan kriteria-
kriteria yang harus ditaati ketika menggunakan atau menerapkan