Page 114 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 114
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
Well on his way toward being able to handle a good deal of seemingly 105
new, but in fact, highly related information…Grasping the structure of
a subject is understanding it in a way that permits many other things
to be related to it meaningfully. To learn structure, in short, is to learn
how things are related” (Bruner, 1978:7; Philips,1987:123)
Shavelson juga berpandangan sama bahwa:
“The structure in a student’s memory is refered to as cognitive structure:
a hypothetical construct referring to the organization (relationships) of
concepts in memory”. Thus, a subject matter structure in instructional
materials to as content structure: the web of concepts (words, symbols)
and thier relations in a body on instructional material” (Philips,
1987:143).
Dari kutipan di atas, baik Bruner maupun Shavelson belum jelas
mengemukakan apa saja unsur-unsur yang membangun sebuah
struktur isi kurikulum, kecuali bahwa struktur konten kurikulum
haruslah memberikan pemahaman tentang cara yang memungkinkan
banyak hal daling berkaitan dengan penuh makna. Singkatnya, untuk
mempelajari struktur adalah dengan mengerti bagaimana sesuatu itu
saling berkaitan. Atas dasar itu, maka struktur isi kurikulum haruslah
diartikan sebagai “relasi atau keterkaitan” di antara bagian-bagian yang
membangun struktur materi tersebut.
Seperti sudah dikemukakan di atas, dalam teori struktur kognitifnya
Piaget (1971) mengemukakan bahwa “cognitive schemas” terdiri dari: isi
(content), operasi-operasi mental-fisikal (operations), dan fungsi-fungsi
intelektual (functions), yang satu dengan lainnya saling berkaitan.
Hal yang sama juga terdapat di dalam struktur afektif (affective
schemas). Di sisi lain, sekalipun Vygotsky (Kozulin, 1998) juga mengkaji
tentang perkembangan kemampuan intelektual anak dari perspektif
sosiokultural, akan tetapi dia tidak menyinggung tentang “unsur-unsur
dari struktur internal” anak. Kalaupun Vygotsky membahas tentang
operasi fungsi-fungsi psikologis—ingatan, persepsi, perhatian, dll--,
tetapi dia lebih fokus pada proses-proses eksternal yaitu pada “alat-alat
psikologis” dan kaitannya dengan bekerjanya “fungsi-fungsi psikologis”.
Tetapi bagaimana sifat dan apa saja operasi-operasi internal yang terjadi,
kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu, rekonstruksi struktur isi
kurikulum lebih didasarkan pada perspektif konstruktivisme-kognitif
Piagetian.