Page 112 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 112

PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF

          Atau seperti dikatakan Shavelson (Philips, 1987), bahwa struktur materi   103
          pelajaran, pada akhirnya adalah apa yang ada di dalam pikiran para
          ilmuwan besar. Karenanya, struktur konten kurikulum PIPS pun harus
          sejalan  dengan “garis berpikir keilmuan”  atau “seperti telah ditetapkan
          oleh para ilmuwan sosial” (Somantri, 2001).
              Pengembangan struktur isi kurikulum berdasarkan  “struktur”
          disiplin ilmu, menurut Bruner memberikan empat keuntungan: (1)
          isi kurikulum menjadi semakin komprehensif (more comprehensible)
          karena hanya gagasan dan prinsip dasar tentang objek yang dikaji;
          (2) menyederhanakan cara menyimpan dan menggunakan ingatan
          ketika suatu saat dibutuhkan; (3) memudahkan terjadinya “pengalihan
          latihan” (transfer of training) kemampuan hal-hal lain, baik dalam situasi
          khusus (specific transfer of training) maupun dalam segala situasi (non-
          specific transfer of training); dan (4) dapat mengembangkan ketajaman
          analisis sehingga dapat membedakan perbedaan antara pengetahuan
          dasar (elementary knowledge) dengan pengetahuan yang lebih maju
          (advanced knowledge).

          B.   DEBAT AKADEMIK TEORI STRUKTUR KONTEN

              Dari hasil-hasil implementasi pemikiran Bruner tersebut, khususnya
          dalam pengembangan struktur materi kurikulum PIPS, baik dari segi
          teoretik maupun praktik masih kontroversi, dan memperlihatkan
          kegagalan. Shaver (Lybarger, 1991) memandang bahwa pemikiran
          kurikulum Brunerian tersebut akan membawa membawa konsekuensi
          dan resiko bagi terjadinya “fragmentasi skala tinggi” dilihat dari sisi siswa;
          bisa mengancam eksistensi PIPS sebagai program pendidikan anak.
              Secara konseptual pendekatan Bruner (1978) tersebut dipandang
          menimbulkan banyak persoalan, dan kegagalan Bruner dengan
          timnya  dalam  mengembang  MACOS  merupakan  gambaran  kesulitan
          konseptual yang dihadapi. Hasil kajian Savage dan Amstrong (1996)
          juga mengungkapkan bahwa bahan-bahan yang dikembangkan oleh
          University of Georgia di dalam program “Man: A Course of Study” (MACOS)
          hingga tahun 1990an masih sedikit mendapat perhatian di dalam
          pengembangan substansi program PIPS, dan hanya beberapa sekolah
          saja yang masih menggunakan. Salah satu faktornya adalah karena
          masih terdapat kontroversi dalam hal konten. Penerapan kurikulum
          model Brunerian yang berorientasi esensialistik tersebut juga dapat
          mendistorsi  atau merusak  self-concept  siswa,  terutama  dalam rangka
          pembentukan “jati-diri” atau “karakter” siswa (Hasan, 2002;  Sumantri,
          2002).
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117