Page 136 - Quality Assurance of Blended and Online Learning : Standards and Implementation
P. 136

NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA

           124        Pada tingkat meso atau tingkat institusional, Marín et al. (Zawacki-
                  Richter et al., 2022) menyebutkan ada tiga model berbeda. Pertama,
                  model top-down yang bermula dari peraturan secara nasional. Model ini
                  diterapkan, misalnya, di Cina, Korea Selatan, dan Turki. Di Cina, semua
                  platform memiliki mekanisme penjaminan mutu yang diturunkan dari
                  peraturan Kementerian Pendidikan. Demikian pula, di Korea Selatan
                  dan Turki, institusi-institusi yang mengadopsi OERs bertanggung jawab
                  untuk memastikan kualitas OERs di tingkat institusional mengikuti
                  pedoman dan kebijakan nasional. Model kedua adalah model ketika
                  institusi secara independen mengembangkan sendiri mekanisme
                  penjaminan mutu OERs-nya. Model ini diterapkan, misalnya, di Kanada,
                  Jepang, dan Spanyol. Sementara itu, model ketiga adalah model tanpa
                  ada proses penjaminan kualitas OERs secara  institusional dan isu kualitas
                  sepenuhnya diserahkan kepada individu pengguna OERs. Jadi, model
                  ini dapat dikatakan bersifat bottom-up. Model ini misalnya ditemukan di
                  Australia, Jerman, dan Afrika Selatan.
                      Pada tingkat mikro atau individual, penjaminan mutu OERs
                  menjadi ranah pengajar atau pengguna OERs itu sendiri sehingga
                  bersifat perseptif. Persepsi individual ini tentunya terkait erat dengan
                  pengetahuan dan  awareness yang bersangkutan tentang makna
                  kualitas. Di banyak negara, persepsi tentang  mutu OERs dipengaruhi
                  oleh prasangka umum yang menganggap OERs itu sebagai sumber
                  pembelajaran  yang  tidak  bermutu.  Di  Turki,  misalnya,  konsep
                  keterbukaan dan gratis selalu dikaitkan dengan kualitas rendah. Di Afrika
                  Selatan, banyak dosen khawatir menggunakan OERs, terutama yang
                  dikembangkan oleh penulis yang reputasinya diragukan atau belum
                  mapan (Madiba, 2018 dalam Zawacki-Richter, 2022). Di Indonesia pun
                  tampaknya masih banyak yang ragu untuk menggunakan OERs karena
                  tidak meyakini mutunya jika dikembangkan oleh seseorang yang belum
                  ‘ternama’ dalam bidangnya.

                  KERANGKA DAN STANDAR PENJAMINAN MUTU OER

                      Telah ada beberapa kerangka kerja untuk penjaminan mutu OERs,
                  di antaranya  OER quality framework dari Commonwealth of Learning
                  (TIPS  framework),  quality matters rubric dari Quality Matters,  the open
                  educational resource quality framework dari European Schoolnet, dan
                  instrument for quality assurance of  OER (IQOER) dari Hamburg Open
                  Online University. Di antara kerangka-kerangka tersebut,  framework
                  terpublikasi yang telah melalui proses validasi oleh pakar dan peserta
                  didik adalah TIPS framework yang dikembangkan oleh Commonwealth
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141