Page 135 - Quality Assurance of Blended and Online Learning : Standards and Implementation
P. 135
QUALITY ASSURANCE OF BLENDED & ONLINE LEARNING: STANDARDS AND IMPLEMENTATION
(5) Kurangnya umpan balik 123
OERs mungkin tidak memiliki sistem bawaan untuk menerima
umpan balik sehingga dapat menyulitkan upaya perbaikan atau
peningkatan mutunya.
Secara keseluruhan, memastikan mutu OERs dianggap sebagai
tugas kompleks yang membutuhkan sumber daya, keahlian, dan
sistem yang memadai. Oleh karena itu, institusi pendidikan perlu
memiliki proses yang terdefinisi dengan baik untuk menjamin mutu
dan untuk memberikan dukungan bagi pemanfaatan OERs. Dalam
rekomendasinya tentang OERs, UNESCO menekankan pentingnya
penjaminan mutu OERs ini dan mendorong negara-negara anggotanya
untuk mengembangkan mekanisme penjaminan mutu OERs yang
terintegrasi dengan mekanisme penjaminan mutu pembelajaran yang
sudah ada (UNESCO, 2019).
Zawacki-Richter, Müskens, dan Marín (2022) menyebutkan bahwa
dalam perspektif internasional, isu terkait penjaminan mutu OERs ini
dapat dilihat pada tatanan makro, meso, dan mikro. Pada tatanan makro,
isu utamanya adalah ada tidaknya standar nasional untuk pembuatan,
diseminasi, dan jaminan kualitas OER. Di tingkat meso, isu mutu OER
itu terkait dengan mekanisme atau langkah-langkah institusi untuk
penciptaan, penyebaran, dan penjaminan mutu OER. Sementara itu, di
tingkat mikro, isu mutu ini terkait dengan tingkat kesadaran (awareness)
para pengajar tentang prosedur kelembagaan yang terkait dengan
jaminan mutu OER.
Pada tingkat makro, Cina misalnya melalui Kementerian Pendidikan
telah mengeluarkan spesifikasi teknis untuk pengembangan materi pjj
modern (Marín et al., 2020 dalam Zawacki-Richter et al., 2022). Selain
itu, di Cina juga ada Chinese e-Learning Technology Standardization
Committee yang telah mengembangkan beberapa asosiasi dan
standar nasional terkait digitalisasi pendidikan termasuk OERs. Di
Spanyol, walaupun bukan oleh kementerian resmi, ada panduan
evaluasi OER yang dikembangkan oleh Network of Spanish University
Libraries (REBIUN). Di Korea Selatan, dalam rangka membantu Korean
Open Courseware (KOCW) dan K-MOOC untuk memilih OERs, telah
dikembangkan dokumen yang berbeda untuk memastikan kualitas
OER yang baik dan memberikan contoh praktik terbaik serta untuk
membantu memandu pengembangan OERs. Contoh lain pada tingkat
makro adalah protokol kelayakan di Australia yang merupakan pedoman
OER untuk membantu institusi pendidikan tinggi dalam membuat
keputusan yang tepat terhadap adopsi OER (Bossu, Brown, & Bull, 2014a
dalam Zawacki-Richter et al., 2022).