Page 148 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 148

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)  Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


               Dari yang kedua, ia dikandung dalam analogi dengan model keanggotaan yang dicapai
 130                                                                                          131
               dalam komunitas etika yang menentukan sendiri. Dalam satu interpretasi, individu tetap
               berada di luar negara, hanya berkontribusi dalam cara tertentu untuk reproduksinya
               sebagai imbalan atas manfaat keanggotaan organisasi. Di sisi lain, warga diintegrasikan
               ke dalam komunitas politik seperti bagian menjadi satu kesatuan; yaitu, dengan cara
               sedemikian  rupa sehingga mereka  hanya dapat  membentuk  identitas  pribadi  dan
               sosial mereka di cakrawala ini dari tradisi bersama dan lembaga yang diakui secara
               intersubyektif (Habermas, 1994).
                     Kewarganegaraan  juga disebut sebagai identitas  yang dinamis. Sebagai agen
               kreatif, warga negara akan selalu menemukan cara baru untuk mengekspresikan
               kewarganegaraan mereka. Karena kewarganegaraan adalah tentang hubungan manusia,
               ia menentang definisi sederhana dan statis yang dapat diterapkan pada semua masyarakat
               setiap saat. Sebaliknya, gagasan kewarganegaraan secara inheren diperdebatkan dan
               bersifat kontingen, selalu mencerminkan serangkaian hubungan dan jenis tata kelola
               tertentu  yang  ditemukan  dalam  masyarakat  mana  pun (Faulks, 2000). Oleh  karena
               itu,  negara  sipil  harus  mampu  menyeimbangkan  antara  menjaga  negara  kesatuan
               yang menyeluruh dalam domain publik sementara mengizinkan, dan kadang-kadang
               membina, hak-hak dan identitas polietnik di ranah privat (Kuzio, 2002).


               5.    Tantangan Nasionalisme Indonesia


                     Indonesia adalah sebuah negara-bangsa yang dalam catatan Badan Pusat Statistik
               (BPS) pada tahun 2010 dihuni lebih dari 300 kelompok etnik atau lebih dari 1000 suku
               bangsa yang tersebar  di seluruh penjuru  nusantara.  Suku bangsa ini  membaur  dan
               membentuk kebangsaan yang secara nasional berdasarkan konsensus sejak tahun 1928
               disebut sebagai bangsa Indonesia. Tidak ada satu negara pun di dunia, selain Indonesia,
               yang sejak kelahirannya dihuni oleh keragaman suku bangsa yang begitu kompleks
               namun bisa bertahan hingga kini. Di banyak negara, perbedaan suku bangsa melahirkan
               sebuah negara baru, atau minimal konflik nasional yang memperjuangkan kemerdekaan
               seperti suku bangsa Catalonia di Spanyol, atau bahkan suku Kurdi di Turki. Tetapi di
               Indonesia akar pembentukan kesadaran kebangsaan Indonesia awalnya justru berasal
               dari gerakan etnonasionalisme. Konsensus sumpah pemuda membuktikan itu.
                     Menurut  Geertz  (1973) terdapat  empat  tahapan  perubahan  nasionalisme  di
               Indonesia. Pertama, tahap ketika gerakan-gerakan nasionalis terbentuk dan terkristal;
               kedua tahap ketika gerakan-gerakan itu menang; ketiga tahap ketika gerakan-gerakan itu
               mengorganisasi diri menjadi negara-negara; keempat tahap gerakan-gerakan itu harus
               mendefinisikan dan menetapkan hubungannya baik dengan negara lain tempat gerakan
               itu muncul untuk menemukan identitas nasional mereka. Dari lintasan sejarah nasional
               Indonesia juga terlacak bagaimana nasionalisme negara-bangsa Indonesia tumbuh dari
               gerakan etnonasionalisme yang tumbuh dan berkembang di awal abad ke-20. Pada masa
               itu perdebatan tentang nasionalisme berporos pada tiga arus utama, yakni nasionalisme
               Jawa, nasionalisme  Hindia,  dan nasionalisme  Sumatra.  Nasionalisme  Hindia  pada
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153