Page 153 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 153

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                        represi atau diskriminasi. Penyebab kedua disebut dengan pandangan konstruktivisme
                136                                                                                                                                                                                             137
                        yang memiliki keyakinan bahwa adanya rekayasa elite dalam mengeksploitasi sentimen
                        keetnisan. Kedua sebab ini cocok untuk menggambarkan  bagaimana  konflik akibat
                        kebangkitan etnonasionalisme di Aceh dan Papua bisa terjadi.
                             Untuk itu, dibutuhkan komitmen yang besar untuk sama-sama membangun bangsa
                        dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana telah dicitakan dalam
                        sila ke-lima Pancasila. Karena jika negara gagal dalam mengembangkan nasionalime
                        kewargaan, maka pengentalan sosial bernuansa etnik sebagai salah satu ekspresi politik
                        identitas akan dengan mudah muncul ke permukaan. Kondisi ini akan diperparah ketika
                        elit ikut terlibat dan memperlebar bentuk konfrontasi antara kelompok etnik dengan
                        bangunan kebangsaan yang menaunginya.


                        6.   Penutup


                             Nasionalisme  dan  etnisitas  sebenarnya  adalah  konsep  yang  saling  memiliki
                        hubungan kekerabatan.   Dalam konsep nasionalisme  Sukarno, keduanya saling
                        melengkapi  dalam  bangunan yang  membentuk  nasionalisme  Indonesia.  Masalahnya
                        kemudian etnonasionalime sering kali muncul bebarengan dengan rongrongan kekuasaan
                        sebagai ekspresi kekecewaan terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan yang dipertontonan
                        negara. Kasus di Aceh dan Papua membuktikan itu. Namun sering kali menjadi masalah
                        akibat elit kekuasaan meresponnya kurang bijak. Karena dianggap sebagai kekuatan
                        yang mengancam maka tindakan represif sering diutamakan untuk memadamkannya.
                        Jika pola itu yang terus dilakukan, maka ini mencerminkan kegagalan negara dalam
                        memahami konteks etnonasionalisme dan kebangsaan dengan benar. Dalam kasus yang
                        terjadi di Aceh dan Papua, tindakan represif untuk meredam etnonasionalisme justru
                        menjadi katalis untuk menumbuhkan gerakan etnonasionalisme. Untuk itu dibutuhkan
                        kesadaran bersama untuk saling memahami posisi masing-masing dan saling memberi
                        porsi untuk mengisi bangunan besar kebangsaan Indonesia.
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158