Page 226 - Science and Technology For Society 5.0
P. 226

~ Science and Technology for Society 5.0 ~   189


               dapat  diterima  oleh  konsumen.  Pangan  fungsional  tidak  memberikan
               kontraindikasi dan efek samping terhadap metabolisme zat gizi lainnya jika
               digunakan dalam jumlah yang dianjurkan. Meskipun mengandung senyawa
               yang bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul,
               tablet,  atau  bubuk  yang  berasal  dari  senyawa  alami.  Beberapa  fungsi
               fisiologis  yang  diharapkan  dari  pangan  fungsional  antara  lain  adalah:
               pencegahan  dari  timbulnya  penyakit,  meningkatnya  daya  tahan  tubuh,
               regulasi  kondisi  ritme  fisik  tubuh,  memperlambat  proses  penuaan,  dan
               menyehatkan  kembali  (recovery).  Contoh  komponen  bioaktif  yang  ada
               dalam  pangan  fungsional  antara  lain  antioksidan,  serat  pangan,  pati
               resisten, inulin, fruktooligosakarida (FOS),PUFA, probiotik, prebiotik, asam
               lemak [Mono unsaturated fatty acids (MUFA), Poly unsaturated fatty acids
               PUFA)], flavonoid (Suter, 2013; Winarti & Nurdjanah, 2005).
                   Beberapa  riset  terkait  pengembangan  produk  turunan  bligo  di
               Indonesia telah dilakukan seperti diolah sebagai minuman bligo dan olahan
               pangan.  Alsuhendra,  ridawati,  &  Mardianty    (2014)  membuat  produk
               minuman  sari  buah  bligo  dengan  cara  mengekstrak  buah  bligo
               menggunakan  air.  Ekstraksi  buah  bligo  dengan  menggunakan  3  metode
               perbandingan  persen  buah  bligo  dan  air  (100%:0%)  ;(75%:25%)  dan
               (50%:50%). Produk minuman yang dihasilkan selanjutnya ditentukan nilai
               pH dan kadar kalium, serta daya terima panelis secara organoleptik. Nilai pH
               dalam rentang 2,96-2,99, kadar kalium tertinggi pada konsentrasi 100%:0%
               sebesar  1,882  mg/kg,  dan  panelis  lebih  menyukai  konsentrasi  75%:25%
               terhadap aroma, rasa, dan warna.
                   Aini (2016) mengembangkan produk sari buah bligo dengan variabel
               jenis penstabil (CMS, pektin, dan gum arab), konsentrasi sukrosa (7%, 8%,
                                                                  0
               dan 9%) dan suhu pasteurisasi yang berbeda (70, 80, dan 90 C). Penstabil
               CMC  memiliki  hasil  terbaik  untuk  kestabilan  bligo,  pemanasan  sari  bligo
                                     0
               pada  suhu  pasteurisasi  70 C  memiliki  kandungan  vitamin  C  paling  tinggi
               sebesar  60,167  vitC/100  ml,  dan  konsentrasi  sukrosa  9%  paling  disukai
               panelis dari segi rasa dan aroma.
                   Modifikasi sari buah menjadi minuman probiotik dikembangkan oleh
               Patty, Watuguly, & Tuapattinaya (2021). Pembuatan minuman probiotik ini
               dilakukan  dengan  menambahkan  sari  buah  bligo  dengan  (NH4)2HPO4
                                                                           0
               sebanyak 0,2% dan glukosa 5%. Selanjutnya dipasteurisasi dengan suhu 60 C
               selama 30 menit, diinokulasi dengan L. Plantarum 4% (v/v) dan diinkubasi
                          0
               pada suhu 37 C. Amanda (2017) membuat minuman fermentasi sari buah
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231