Page 225 - Science and Technology For Society 5.0
P. 225
188 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
Ekstrak biji bligo juga mengandung banyak asam lemak tidak jenuh dan
asam amino esensial. Ekstrak biji bligo dengan pelarut etanol 99,5%
digunakan untuk mengidentifikasi kandungan asam lemak. Hasilnya sekitar
75% didominasi asal lemak tidak jenuh dalam bentuk asam lemak esensial
linoleat (LA) dan linolenat (ALA). Telah diketahui bahwa asam linoleat
berperan penting dalam mencegah banyak penyakit sedangkan asam
linolenat merupakan prekursor asam eicosapentaenoic (EPA) dan
docosahexaenoic acid (DHA) yang berperan penting dalam perkembangan
otak. Asam lemak esensial ini tidak dapat disediakan oleh tubuh sehingga
harus dipenuhi dari makanan (Mandana et al., 2012). Sew, Zaini, Anwar,
Hamid, & Saari (2010) juga melaporkan bahwa minyak pada biji bligo
mengandung proporsi asam lemak esensial, asam linoleat (C18:2-6) yang
tinggi sebesar 67,37% dari total asam lemak.
Komposisi asam amino dari berbagai bagian buah bligo (pulp, biji dan
kulit) juga telah dipelajari oleh Mingyu et al. (1995). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total protein (5714.017 mg/100g) dan asam amino
bebas (264.366 mg/100g) paling tinggi terdapat dalam biji. Jenis asam amino
yang paling banyak ditemukan dalam biji bligo seperti aspartat, glutamat,
dan arginin.
Dari hasil riset-riset di atas, bligo berpotensi memiliki berbagai khasiat
yang berpengaruh terhadap kesehatan. Riset-riset tersebut juga tidak hanya
dilakukan secara in vitro namun juga sudah dilakukan uji secara in vivo
terutama pada bagian daging buah dan biji bligo. Kedepan perlu dilakukan
uji klinis untuk memperkuat khasiat dalam bligo. Belum banyak riset yang
menggali potensi dari kulit bligo, sehingga masih sangat terbuka peluang
untuk diteliti.
5. Riset Pemanfaatan Bligo Sebagai Pangan Fungsional di Indonesia
Melihat potensi buah bligo yang tidak hanya memberikan nutrisi bagi
tubuh namun berpengaruh terhadap kesehatan tubuh, maka bligo
berpotensi dikembangkan sebagai pangan fungsional. Menurut BPOM
(2011), pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu
atau lebih komponen pangan, yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai
fungsi fisiologis tertentu di luar fungsi dasarnya, terbukti tidak
membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional
dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai
karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang