Page 202 - Science and Technology For Society 5.0
P. 202

~ Science and Technology for Society 5.0 ~   165


               mengkudu dengan air dan diberi penambahan gula, asam, garam, terasi dan
               cabai  untuk  meningkatkan  cita  rasa.  Aroma  khas  mengkudu  dihilangkan
               dengan cara meremas buah dengan garam, kemudian dicuci, selanjutnya
               ditambahkan dengan gula, terasi, asam dan cabai lalu diekstrak dengan air
               lalu  disaring.  Loloh  cem-cem  terbuat  dari  ekstrak  daun  kecem-cem
               (Spondiaz  pinnata  (L.f)  Kurz).  Proses  pembuatannya  pertama-tama,
               campuran daun cem-cem dengan air (20%) dihaluskan, kemudian disaring.
               Filtrat yang dihasilkan diberi perlakuan penambahan sirup gula dan serutan
               kelapa muda sebagai bahan pengisi (Pratiwi et al., 2019). Penjual loloh di
               Bali  memproduksi  loloh  dengan  teknologi  sederhana  tanpa  pasteurisasi.
               Penjual  loloh  mengolah  loloh  pada  malam  atau  pagi  hari  sebelum
               dipasarkan.
                   Tanaman  mengkudu  telah  diidentifikasi  memiliki  160  senyawa  di
               antaranya adalah senyawa fenolik, alkaloid dan asam-asam organik. Daun
               muda,  kuliat  akar  dan  kulit  batang  dari  tanaman  cemcem  mengandung
               flavonoid,  saponin  dan  tannin  (Gupta  Roy,  Nigam,  &  Mukherjee,  2010).
               Adanya senyawa-senyawa tersebut berkontribusi terhadap adanya aktivitas
               antioksidan (Embuscado, 2015). Loloh cem-cem yang disimpan pada suhu
                          0
               kamar  (28-30 C)  selama  12  jam  memiliki  kandungan  vitamin  C  sebesar
               19,35mg/100 g dan loloh tibah sebesar 10,20 mg/100 g (Pratiwi et al., 2019).

               f.  Teh Talua
                   Teh  talua  merupakan  minuman  khas  dari  Minangkabau,  Sumatera
               Barat. Menurut Novra & Ariani  (2020), ada banyak versi yang menjelaskan
               mengenai sejarah teh talua. Versi pertama menjelaskan bawah teh talua
               sudah  ada  sejak  zaman  tanam  paksa  pada  masa  penjajahan.  Saat  itu,
               pemerintah  Belanda  melarang  penduduk  untuk  menikmati  hasil  panen
               berupa kopi dan teh karena harga jual relatif tinggi. Sebagai penggantinya,
               penduduk mengambil bagian pangkal tanaman pada teh yang merupakan
               sisa dari dari pemotongan teh dan menyatukan serbuk kasar teh yang tidak
               laku  dijual.  Teh  sisa  ini  ditambahkan  dengan  telur  ayam  dan  gula  lalu
               dikocok.  Versi  kedua  menjelaskan  bahwa  teh  talua  sudah  sejak  lama
               dijadikan  minuman  untuk  kalangan  menengah  ke  atas  karena  dianggap
               sebagai minuman yang dapat memperbaiki gizi. Biasanya teh talua disajikan
               untuk para perantau yang sedang pulang kampung halaman. Versi ketiga
               menjelaskan bahwa pada masa pembangunan jam gadang di bukit tinggi,
               bangunan didirikan dengan cara mencampur  putih telur dan semen, sisa
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207