Page 49 - Cakrawala Pendidikan : Implikasi Standardisasi Pendidikan Nasional Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
P. 49

Cakrawala Pendidikan 3


                Apalagi  pemerintah  juga  berencana  meningkatan  nilai
         standar  kelulusan  dari  4,26  menjadi  5,00  yang  membuat  siswa
         dan  wali  murid  panik.  Kebijakan  tersebut  dinilai  sangat
         memberatkan  siswa.  Bahkan,  jika  kenaikan  tersebut  tidak
         diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidiknya dikhawatirkan
         menimbulkan  masalah  baru  dalam  pendidikan  (Kedaulatan
         Rakyat,  1 0/12/2005).  Padahal  penguasaan  seorang  peserta  didik
         terhadap  pengetahuan  seperti  yang  diukur  melalui  UN  bukan
         cermin  dari  kemampuan  seseorang  untuk  mengerjakan  atau
         melaksanakan    sesuatu   dan   bukan   pula   indikator  yang
         menunjukkan  terbentuknya  watak  serta  peradaban  bangsa  yang
         berm a  rta bat
                Selain  tentang  standar  kelulusan  UN,  sertifikasi  kini  juga
         muncul  sebagai  wacana  yang  mendapat  tanggapan  amat
         beragam,  seperti  yang  telah  penulis  singgung  dalam  bagian
         pengantar.   Sertifikasi   ini   begitu   menggema   menyertai
         disahkannya UU  Guru dan  Dosen.  Sertifikasi yang  dipersyaratkan
         bagi  guru  dan  dosen  ini  dikhawatirkan  memacu  pihak-pihak
         berkepentingan  untuk  melakukan  sertifikasi  massal.  Kondisi
         objektif yang  menunjukkan bahwa tidak satu  pun  dari total  sekitar
         1,6  juta  guru  di  tanah  air  yang  memegang  sertifikat  mengajar.
         Bukan  tidak  mungkin  memicu  lembaga  pendidikan  tenaga
         kependidikan  (LPTK),  termasuk  universitas eks-IKIP,  menggenjot
         sertifikasi   massal   dengan   pendekatan   proyek   (Kompas,
         10/12/2005).
                 Sebagai  gambaran  bagi  pembaca,  tampaknya  menarik
         apa  yang  dikemukakan  Soedijarto  (2000)  yang  memaparkan
         bahwa  untuk  menjadikan  seseorang  mengetahui  pengetahuan
         memang  dapat  ditempuh  dalam  proses  pembelajaran  yang
         sangat  tradisional,  yakni  seorang  guru  menerangkan  sementara
         peserta  didik  mencatat  atau  membaca  dan  menghafal  isi  buku.
         Namun,  proses  semacam  ini,  terutama  di  negara  berkembang
         seperti  Indonesia  yang  masih  adanya  perbedaan  nilai-nilai  di
         sekolah  dengan  nilai-nilai  di  keluarga,  maka tidak  memungkinkan
         tertanamnya  berbagai  kemampuan,  nilai,  sikap,  watak,  dan
         perilaku,  seperti  yang  diharapkan  oleh  keberadaansistem
         pendidikan  nasional.  Hanya  melalui  proses  sosialisasi  dan
         pembudayaan,  yaitu  proses  pembelajaran  yang  menantang  dan
         merangsang  otak  (kognitif),  menyentuh  dan  menggerakkan  hati



                                                                  37
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54