Page 150 - Cakrawala Pendidikan : Implikasi Standardisasi Pendidikan Nasional Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
P. 150

Farisi,  Komeks,  Struktur,  dan  Pola  Organisasi



        pengetahuan  pada  manusia  (epistemologi  genetik),  dan  teori
        tentang  struktur internal anak,  belum ada satupun  ikhtiar keilmuan
        yang  mengarah  pada  perumusan  teori  tentang  struktur  materi
        kurikulum.  Sungguhpun,  debat  teoretis  dan  filosofis  tentang
        hakikat  materi-kajian  dalam  kurikulum  pendidikan  sudah  terjadi
        sejak lama (Dewey,  1897,  1962,  1964; Brubacher,  1947).
                Pakar  pertama  yang  mengajukan  teori  tentang  struktur
        materi  materi  kajian,  berdasarkan  perspektif  Piagetian,  adalah
        Bruner  (1978)  yang  menyatakan  bahwa  "the  structure  of  a
        subject'  haruslah  dikaitkan  dengan  teori  tentang  struktur
        pengetahuan,  termasuk  materi  kurikulum  SO.  Asumsinya  adalah
        bahwa  intelektualitas  atau  cara-cara  manusia  membangun
        pengetahuan  sama  atau  paralel  bagi  semua  manusia,  tak
        pandang  usia-tak terkecuali  pada  anak dan  ilmuwan.  Karena  itu,
        "the foundations of any subject may be taught anybody at any age
        in  some  {regardless  of their  age]'  (Bruner,  1978).  Bahwa  anak
        adalah  seorang  ilmuwan  atau  pembangun  teori  (Chaille &  Britain,
         1991 ).  lmplikasinya, adalah  bahwa struktur materi kurikuler dapat
        diturunkan  dari  struktur disiplin  ilmu,  dan  tugas  para  ilmuwan  lah
        yang  memilih  dan  merumuskan  masing-masing  struktur  disiplin
        untuk  dijadikan  sebagai  struktur  materi  kurikulum.  Atau  seperti
        dikatakan  Shavelson,  "a  structure  of a subject matter,  ultimately,
        rests in  the minds of the great scientists" (Philip,  1987).
                Hasil  hasil-kajian  mutakhir  dari  perspektif  multikultural,
        oleh  Jegede  &  Aiken head  (2000),  Zamroni  (2001 ),  Stanley  &
         Brickhouse  (2001 ),  Ogawa  (2002),  menolak  pandangan  tersebut.
         Bahkan,  mereka  berkesimpulan  bahwa  keniscayaan  kurikuler
        esensialistik  semacam  itu,  dapat  menghambat  perkembangan
        tahapan  progresif  kognitif  anak,  mendistorsi  atau  merusak
        genuine concepts,  indigenous science,  atau  spontaneous concept
        peserta  didik  tentang  alam  semesta  yang  dibangun  dan
        dikembangkan  dari  keseharian  pengalaman  personal,  sosial  dan
        kulturalnya  di  masyarakat;  mencabut  peserta  didik  dari  situasi
        nyata  yang  menjadi  basis  pembentukan  dan  penggunaannya;
        kurang  bermakna  bagi  peserta  didik;  dan  menunjukkan  adanya
        "hegemoni  atau  imperialisme  pendidikan"  atas  diri  peserta  didik.
         Lebih  jauh  lagi  dipandang  dapat  mendistorsi  atau  merusak  self-
        concept  peserta  didik  yang  merupakan  faktor  esensial  bagi



         138
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155