Page 38 - Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi Yang Beretika dan Demokratis
P. 38

22
                                Bagian I: Politik, Kebijakan Publik danKetimpangan Digital

                           dan berada dalam suatu keseimbangan yang senantiasa harus tetap dijaga.
                           Untuk dapat mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu kesejahteraan atau
                           kebahagiaan  jasmani  dan  rohani  (moksartham  jagadhitaya  ca  iti  dharma)
                           maka  masyarakat  Bali  (etnis  Bali  beragama  Hindu)  senantiasa
                           mengupayakan dan menjaga terpeliharanya suasana yang harmonis dalam
                           masyarakat, baik vertikal (dalam hubungan manusia dengan Tuhan) maupun
                           horisontal  (dalam  manusia  dengan  sesamanya  dan  lingkunagan  alamnya)
                           atau  yang  disebut  keharmonisan  secara  duniawi  (sekala)  dan  akhirat
                           (niskala).  Kehidupan  yang  serba  harmonis,  serba  seimbang  dan  lestari
                           merupakan  bagian  dari  cita‐cita  masyarakat  Bali,  suatu  konsepsi berpikir
                           yang merupakan repleksi dari filsafat tri hita karana. Dalam kontek hukum,
                           suasana  harmonis  dalam  kehidupan  masyarakat  dapat  diterjemahkan
                           sebagai  suasana  yang  tertib,  adil,  aman  dan  damai  atau  trepti,  sukerta
                           sekala niskala (Sudantra, 2001:2), yang selanjutnya dituangkan dalam awig‐
                           awigdesa pakraman. Cita‐cita tersebut umumnya dirumuskan dalam awig‐
                           awig dilokasi penelitian dengan kalimat: ”ngerajegang sukertan desa saha
                           pawonganya sekala kalawan niskala”.
                               Keberadaan  Desa  Pakraman  sebagai  komunitas  masyarakat  adat
                           secaara  konkrit  dijalankan  oleh  pengurus  Desa  Pakraman,  yang  disebut
                           dengan  Prajuru  Desa  Adat,  dengan  pimpinannya  disebut  dengan  Bendesa
                           Adat.  Menurut hasil wawancara dengan para Bendesa Adat Desa Pakraman
                           dinyatakan bahwa pada  saat pertama kali  terbentuknya  Desa  Pakraman
                           tugas  pokok  dan  fungsinya  adalah  memberikan  pelayanan  kepada
                           masyarakat di lingkungannya masing‐masing di bidang agama, adat, budaya
                           dan  gotong  royong  yang  dilandasi  semboyan  hidup  sagilik  saguluk
                           salunglung sabayan taka maksudnya suka dan duka dipikul bersama‐sama.
                           (Surpha, 2004: 18). Tetapi Seiring dengan perkembangan massyarakat Tugas
                           pokok  dan  fungsi  Desa  Pakraman,  berkembang  sesuai  dengan
                           perkembangan  kebutuhan  masyarakat  setempat,  perkembangan  dan
                           kemajuan teknologi.
                               Keberadaan Desa Pakraman sebagai sebuah organisasi sejalan dengan
                           teori  organisasi  yang  di  kemukakan  oleh Mary  Jo Hatch,  dalam  bukunya
                           Organization  Theory,  menyatakan  bahwa  tumbuhnya  sebuah  organisasi
                           apabila  ada  sejumlah  orang  yang  mempunyai  kebutuhan  yang  sama  dan
                           saling  ketergantungan  satu  sama  lain,  akan  tumbuh  sebuah  organisasi.
                           Berdasarkan  teori  organisasi  tersebut,  maka  organisasi  tradisional  di  Bali
                           yang  saat  ini  disebut  dengan  Desa  Pakraman,  yang  berdirinya  bersamaan
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43