Page 321 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 321
Gambar 2. Fungsi Pertanian Kota
Studi/penelitian yang dilakukan Alice dan Foeken (1996) di kota
Nairobi, Kenya menunjukkan bahwa pertanian kota yang
diimplementasikan di kota Nairobi mampu meningkatkan asupan
energi petani kota (5,5%) dan petani kota binaan (19,23%)
dibandingkan anggota masyarakat yang bukan pelaku pertanian kota.
Demikian pula dengan asupan protein, petani kota dan petani kota
binaan mengalami peningkatan asupan protein sebesar 1,64% dan
8,2% (secara berurutan). Balita di lingkungan masyarakat petani kota
binaan yang mengalami gizi kurang lebih rendah 3,57% dibandingkan
balita di lingkungan masyarakat yang tidak berpartisipasi dalam
kegiatan pertanian kota. Masyarakat yang mengimplementasikan
pertanian kota di kota Nairobi tidak memiliki balita yang mengalami
gizi buruk.
Di Amerika Utara, Food Security Coalition (CFSC) mempunyai
komisi yang memanfaatkan pertanian kota sebagai instrumen untuk
meningkatkan akses pangan yang segar, terjangkau dan bergizi, dalam
rangka mengurangi kerawanan pangan (Brown dan Carter 2003).
Studi/penelitian Pinderhughes (2004) menunjukkan bahwa pertanian
kota mampu mengurangi kemiskinan, kerawanan pangan, dan
merupakan solusi masalah sampah organik. Penelitian yang dilakukan
Rhoden dan Steele di Philadelphia dalam Pinderhughes (2004) yang
memanfaatkan pekarangan sebagai salah satu bentuk pertanian kota
Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City 305