Page 316 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 316

miskin  di  perkotaan  untuk  mengakses  pangan  yang  aman,  dalam
        jumlah  cukup,  dan  berkualitas.  Di  sisi  lain,  terjadi  gizi  lebih  pada
        anggota  masyarakat  perkotaan  kelompok  produktif  yang  mampu
        mengakses pangan dengan baik, secara kualitas maupun kuantitas.
            Dampak dari kerawanan pangan dan kekurangan gizi dapat terjadi
        pada semua umur, baik orang tua, dewasa, anak-anak, bayi maupun
        ibu hamil (Ariningsih dan Rachman, 2008). Hasil Pemantauan Status
        Gizi (PSG) tahun 2015 di 496 kabupaten/kota dengan melibatkan lebih
        kurang 165.000 balita sebagai sampel memberikan hasil 3,8% balita
        mengalami  gizi  buruk.  Persentase  ini  mengalami  penurunan
        dibandingkan hasil PSG 2013 yaitu 4,7% balita mengalami gizi buruk.
        Dari 496 Kab/kota yang dianalisis, sebanyak 404 Kab/Kota mempunyai
        permasalahan gizi yang bersifat Akut-Kronis; 20 Kab/Kota mempunyai
        permasalahan  gizi  yang  bersifat  Kronis;  63  Kab/Kota  mempunyai
        permasalahan  gizi  yang  bersifat  Akut;  dan  9  Kab/Kota  yang  tidak
        ditemukan masalah gizi. Ke sembilan Kab/Kota yang tidak ditemukan
        masalah gizi tersebut, adalah:
        1)   Kab. Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan;
        2)   Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan;
        3)   Kab. Mukomuko, Bengkulu;
        4)   Kota Bengkulu, Bengkulu;
        5)   Kab. Belitung Timur, Bangka Belitung;
        6)   Kota Semarang, Jawa Tengah;
        7)   Kota Tabanan, Bali;
        8)   Kota Tomohon, Sulawesi Utara; dan
        9)   Kota Depok, Jawa Barat.

            Upaya  perbaikan  gizi  dilakukan  melalui  intervensi  spesifik  dan
        sensitif. Kelompok sasaran intervensi spesifik adalah kelompok 1000
        Hari Pertama Kehidupan (HPK) meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan
        anak  usia  0  –  23  bulan.  Kegiatan  yang  termasuk  dalam intervensi
        spesifik antara lain imunisasi, pemberian makanan tambahan bagi ibu
        hamil (PMT Bumil), PMT Balita, dan monitoring pertumbuhan Balita di
        Posyandu.  Kelompok  sasaran  intervensi sensitif adalah masyarakat
        umum  dengan  kegiatan  pembangunan  non  kesehatan  seperti
        penyediaan  air  bersih,  kegiatan  penanggulangan  kemiskinan  dan


     300  Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321