Page 58 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Di dedikasikan kepada DR. Setijadi, M.A)
P. 58
karena secara bersamaan lembaga harus memanfaatkan sumber daya-
nya yang terbatas untuk pembelajaran tatap muka. Sekalipun demikian
banyak lembaga dual mode telah berupaya dan berhasil meningkatkan
investasi dan pemanfaatan media dan teknologi, serta menerapkan meto-
de yang lebih sistematik dalam pengembangan bahan ajar. Penerapan
kebijakan kendali mutu bagi seluruh program PTJJ merupakan dilema
bagi model dual mode, karena program PTJJ pada lembaga konvensional
sering dianggap sebagai produk sampingan. Selain itu ada faktor pemba-
tas untuk mempertahankan dua sistem pembelajaran tatap muka dan ja-
rakjauh berlaku efektif (Zuhairi, 1998).
Bagi kalangan pendidikan di Indonesia, model dual mode masih be-
lum banyak dikenal, dan kita masih perlu diamati dan diteliti lebih lanjut
perkembangannya. Secara peraturan dimungkinkan suatu lembaga pen-
didikan tinggi konvensional di Indonesia menyelenggarakan program tatap
muka dan jarak jauh. Namun sampai saat ini belum banyak lembaga
konvensional yang mencoba menerapkan PTJJ. Banyak lembaga di Indo-
nesia memilih membuka kelas jauh dengan sistem tatap muka. Ini me-
nandakan bahwa sebanarnya PTJJ belum begitu dikenal oleh kalangan
akademik di kampu:; konvensional, yang mestinya diharapkan lebih dapat
bersikap dan bertindak inovatif, terbuka terhadap gagasan dan penemuan
baru dalam pemanfaatan teknologi atau metode baru, termasuk metode
PTJJ.
Model konsorsium
Berbagai tekanan dan tuntutan untuk penyelenggaraan progran1 jarak
jauh yang efisien menjadikan beberapa lembaga PTJJ bekerja sama mela-
lui konsorsium. Tujuan pembentukan konsorsium pada umumnya adalah
untuk mencapai efisiensi dan ekonomi skala. Beberapa lembaga pendidik-
an memandang perlu untuk membentuk konsorsium di tingkat regional,
51