Page 95 - Cakrawala Pendidikan: E-Learning Dalam Pendidikan
P. 95
Col. rml'llln !'enrlirlikan 2
Tantangan yang paling berat untuk mencapai kualitas
dalam pembelajaran adalah ketika pembelaJaran tidak dirancang
dari awal (pre-designed). Dengan asumsi bahwa tenaga pengajar
sudah memiliki keterampilan dalam bidang ilmu yang akan
disampaikan dan dalam strategi pembelajaran, maka diasumsikan
jika proses pembelajaran sudah berjalan. maka pembelajaran
berkualitas dengan sendirinya sudah tercapai. Padahal. dinamika
pembelajaran selalu membawa nuansa baru dalam pembelajaran
setiap saat. Siswa yang heterogen dan atau berbeda, suasana
pembelajaran hari ini yang lain dari hari kemarin, dan atau topik
yang beragam, membuat pembelajaran mempunyai warna
berbeda dari waktu ke waktu. Dalam hal ini. di samping modal
dasar yang dimiliki tenaga pengajar yaitu kemampuan bidang ilmu
dan keterampilan strategi pembelajaran, diperlukan JUga peran-
cangan pembelajaran yang menjadi acuan bagi tenaga pengajar:
bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan, interaksi dapat
terjadi, dan kebermaknaan dapat dicapai dalam suatu pem-
belajaran.
Ketika tenaga pengajar tidak memiliki kejelasan keber-
maknaan apa yang harus dicapai dari proses pembelajarannya,
serta tidak memiliki gambaran bagaimana kebermaknaan tersebut
dapat dicapai maka tidak akan terjadi pembelajaran yang berhasil.
Tomlinson (1999, h. 112) menyatakan bahwa "a fuzzy sense of
the essentials results in fuzzy activities. which in turn, results in
fuzzy students understanding".
Dalam pembelajaran. setiap siswa diharapkan memiliki
pemahaman terhadap konsep yang sama, bahkan keterampilan
yang sama. Namun demikian, dengan adanya heterogenitas
siswa maka diharapkan siswa dapat mencapai pemahaman
tersebut dengan beragam cara dan bahkan dapat mengaplikasi-
kan keterampilannya dalam berbagai situasi yang berbeda (atau
bahkan sangat individual). Untuk itu diperlukan tenaga pengajar
79