Page 41 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 41
28 Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik
yang bermanfaat terhadap masyarakat, 2) kolaborasi universitas dan
industri masih sangat terbatas dalam memecahkan permasalahan berkaitan
dengan kebutuhan teknologi pada perusahaan, 3) sebagian besar hasil riset
sulit ditransfer dan diaplikasikan pada industri terutama untuk level kecil
menengah. Beberapa institusi pendidikan tinggi di negara Eropa dan
Amerika yang menyatakan telah berhasil melakukan transformasi dengan
melakukan diversifikasi aspek pendanaan. Hasil riset dari Kirby (2006)
memberikan informasi transformasi dari perspektif government funding
base bergeser pada perpektif pemanfaatan alternative income sources yang
berasal dari: a) profit patent, b) dukungan perusahaan besar, c) dukungan
public agency, d) bantuan dana alumni, dan e) asosiasi professional.
Dalam konteks Indonesia, institusi pendidikan tinggi seharusnya merasa
tertantang untuk dapa mengimplementasikan entrepreneurship agar dapat
memberikan manfaat lebih banyak terhadap dunia bisnis dan masyarakat.
Dunia akademik tidak dapat dipandang sebelah mata, dimana fakultas dan
jurusan yang ada pada universitas pada intinya dapat dikategorikan sebagai
corporate co-operation. Artinya, pengelolaannya pada prinsipnya dapat
diterapkan secara korporasi. Seperti yang dinyatakan oleh Gibb et al., (2009)
“that academics are perhaps more similar to entrepreneurs than might be
first expected. Where they differ most is in their propensity to take risks,
suggesting the need to create a secure environment in which is perceived to
be mimimized”. Intinya, akademisi kemungkinan dapat disamakan dengan
entrepreneur, dimana penekanan yang utamanya adalah melakukan hal-hal
yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
Sampai saat ini, institusi pendidikan tinggi di Indonesia oleh sebagian
masyarakat dinilai belum optimal memberikan manfaat bagi perkembangan
bisnis dan masyarakat disekitarnya. Hasil riset perguruan tinggi di Indonesia
yang sudah dipublikasikan secara internasional sekitar 5600 pada tahun
2015, jumlah ini masih sangat sedikit mengingat di Indonesia memiliki lebih
dari 4000 perguruan tinggi (Kompas, Januari 2016). Selain itu peran
pendidikan tinggi di Indonesia sebagai agen inovasi masih terbatas.
Perguruan tinggi perlu didorong meningkatkan riset untuk menghasilkan
inovasi yang implementatif.
Pada intinya untuk dapat menciptakan Public value, harus didukung
oleh organisasi yang berorientasi kewirausahaan. Entrepeneurial orientation
merupakan sebuah orientasi strategis yang mencerminkan inovasi, proaktif,
dan kualitas tentang keberanian dalam mengambil risiko berdampak bagi