Page 39 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 39
26 Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik
IoT (Internet of Things) untuk mempercepat inovasi produk berbasis Human
Centris Inteligent/HCI.
Berbeda dengan private sector, institusi yang beroperasi pada ranah
sektor publik selalu menghadapi kendala untuk bisa berkembang cepat
karena masih banyak mempertahankan aspek classical, value dan
traditional. Seperti yang diungkapkan oleh Kirby (2006) “public sector often
face sort of barriers to entrepreneurial activity as their in the private sector”.
Institusi pendidikan tinggi sebagai sektor publik dinilai oleh sebagian
masyarakat belum dapat memberikan dampak optimal memenuhi
kebutuhan industri dan bisnis.Kondisi tersebut memunculkan tuntutan agar
beroperasi entreprenurially, menuju pada komersialisasi hasil riset untuk
mendorong terjadinya percepatan inovasi. Institusi pendidikan tinggi harus
didorong menuju an entrepreneurial state of mind. Menurut Clark (2004)
aspek budaya seperti ide, keyakinan dan value harus dapat mencerminkan
high cultural intensity yang dapat menimbulkan confident self-image dan
reputasi kuat sehingga mendorong institusi untuk semakin berkembang.
Secara implisitinstitusi pendidikan tinggi di era knowledge economyharus
mempunyai orientasi public value yang tinggi. Outcome dari keberhasilan
suatu organisasi membangun public value diukur dengan kepuasan,
komitmen, orientasi memori, kinerja organisasi unggul dibandingkan
organisasi lain (Wood, 2008; Moore, 1995).
Keunggulan entrepreneurially university adalah dapat membangun
public value. Public value merupakan value for the public, artinya
keberadaan universitas dapat memberikan manfaat yang positif kepada
masyarakat. Wood et al., (2008) menyatakan “public value reflect an
organization’s department objective to create value in certain way. Insititusi
pendidikan tinggi sebagai organisasi publik secara implisit harus mempunyai
orientasi public value yang tinggi. Dalam konteks institusi pendidikan tinggi
di Indonesia, Sebagian besar masyarakat menilai masih belum dapat
mengimplementasikan tujuannnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara optimal. Kondisi ini ditandai dengan kualitas lulusan
yang belum siap masuk ke dunia kerja dan hasil-hasil riset yang kurang
berkualitas (Intan pada Kompas, 19 Januari 2016). Banyak institusi
pendidikan tinggi yang notabene merupakan sektor publik masih
mempertahankan status quo karena ada kekhawatiran akan kegagalan.
Traditional box yang masih banyak diadopsi oleh sektor publik yaitu“zone
compfortable” tidak sesuai dengan penerapan aspek-aspek kewirausahaan