Page 40 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 40
Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik 27
yang selalu berusaha memanfaatkan opportunity seoptimal mungkin dengan
cara melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan proaktif.
Intitusi pendidikan tinggi dinilai oleh banyak kalangan belum
mengimplementasikan corporate entrepreneurship atau belum menunjuk-
kan entrepreneurial orientation. Menurut beberapa ahli (Clark, 2004; Kirby,
2006; Zhou, 2008) ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi tersebut
yaitu: a) struktur yang bersifat hirarkhi, b) hubungan yang bersifat
impersonal, c) keterbatasan bakat-bakat berwirausaha, d) adanya
pengawasan ketat untuk selalu mematuhi prosedur dan peraturan yang
ditetapkan pemerintah dan e) metode kompensasi yang tidak memadai.
Situasi tersebut menyebabkan institusi pendidikan tinggi masih selalu
menghadapi permasalahan tradisional berbeda dengan institusi/organisasi
pada private sector. Kirby (2006) menjelaskan bahwa “.... most academics
see their role as teachers and researchers and not as entrepreneurs, and
many university managers are concerned about the likely negative impact on
their institution’s research performance if their leading academics become
involved in entrepreneurial activity”. Artinya hampir semua akademisi
menilai perannya sebagai tenaga pengajar dan peneliti bukan sebagai
seorang entrepreneur dan pihak pimpinan selalu concern mengenai dampak
negatif terhadap institution’s research performancejika melibatkan diri pada
aktivitas entrepreneurial karena dapat mengarah pada aspek komersialisasi.
Isu inilah yang selama ini menyebabkan timbulnya kesulitan dan
masalah komplek yang belum dapat dipecahkan sampai saat ini. Levine
(2009) berpendapat keberhasilan menerapkan entrepreneurial university
melalui komersialisasi hasil riset dan tranfer teknologi melalui patent,
licensing dan university –based business startups dapat berdampak negatif
yaitu “the false promises in selling academic commercialism”. Namun Zhou,
(2008) menegaskan bahwa entreprenurship pada institusi pendidikan tinggi
tidak selalu akan menimbulkan komersialisasi dengan melakukan berbagai
aktivitas seperti: menjadi supporting agency bagi pengembangan industri
kecil menengah, memberikan dukungan yang sifatnya keilmuan terhadap
permasalahan publik melalui berbagai bantuan legal dan expertise
(professional consultant).
Untuk dapat membangun corporate entrepreneurship, ada berbagai
kendala yang dihadapi oleh insititusi pendidikan tinggi, seperti yang
dinyatakan Zhou (2008), yaitu: 1) universitas tidak mempunyai cukup
sumberdaya dan hasil-hasil penelitian yang dapat memberikan pengetahuan