Page 24 - Kewirausahaan Dalam Multi Perspektif
P. 24
kompetensi pengembangan sikap kewirausahaan siswa diberikan dengan
model yang tidak berbeda dengan mata pelajaran lain yang bukan
pengembangan sikap. Semua mata pelajaran diberikan dengan model
ceramah, diskusi, dan penugasan. Tidak terdapat model khusus yang
dirancang untuk mencapai kompetensi tertentu.
Lebih lanjut, Winarno (2009) menyatakan bahwa hasil dari analisis
kurikulum menunjukkan bahwa materi pelajaran yang diarahkan pada
pembentukan sikap/nilai kewirausahaan sangat sedikit; bahan ajar yang
digunakan sebagai referensi guru untuk mata pelajaran kewirausahaan
sangat terbatas; dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat
minim variasi.
Pendekatan Konstruktivis Pada Pembelajaran
Setiani (2014), mengutip pendapat Airasian & Walsh yang menyatakan
bahwa konstruktivisme merupakan penjelasan filosofis tentang sifat dari
pengetahuan. Konstruktivisme merupakan teori tentang bagaimana peserta
didik sampai kepada pemahaman tentang dunia. Menurut konstruktivis
pengetahuan dihasilkan oleh seseorang dari keyakinan dan pengalaman yang
mereka yakini dan alami. Dikonstruk dari apa yang individu ciptakan dan
ekspresikan dalam aktivitas mereka sehari-hari. Setiap individu membuat
maknanya sendiri dari keyakinan dan pengalaman pribadi, dengan cara
begitu, maka konstruktivis memegang pengetahuan bukan sebagai
kebenaran universal, melainkan sesuatu yang mirip hipotesis kerja.
Teori konstruktivisme pada umumnya dikaitkan dengan Jean Piaget yang
mengartikulasikan mekanisme, dimana pengetahuan diinternalisasi oleh
pembelajar melalui proses akomodasi dan asimilasi, yaitu dengan proses
mana individu-individu mengkonstruk pengetahuan baru hasil dari
pengalaman mereka (Yucel & Habiyakare, 2011). Ketika individu melakukan
asimilasi, mereka menggabungkan pengalaman baru ke dalam kerangka yang
sudah ada tanpa mengubah kerangka yang sudah ada tersebut. Hal itu dapat
terjadi ketika pengalaman individu selaras dengan representasi internal dunia
mereka, atau mungkin juga akibat kegagalan dalam mengubah pemahaman
yang salah. Misalnya, mungkin mereka tidak memperhatikan suatu peristiwa;
atau mungkin mereka salah mengerti tentang masukan dari pihak lain; atau
mungkin juga mereka memutuskan bahwa suatu peristiwa adalah hanya
kebetulan sehingga dianggap tidak penting sebagai informasi bagi dunia
mereka. Sementara itu ketika pengalaman individu bertentangan dengan