Page 63 - Peran Matematika, Sains, dan Teknologi Dalam Mendukung Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) Yang Berkualitas
P. 63
Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas 51
obesitas. Selain mampu menyerap air, serat pangan juga mampu mengikat
glukosa sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat akan
menyebabkan terbentuknya kompleks karbohidrat dan serat sehingga daya
cerna karbohidrat berkurang. Keadaan ini mampu menekan atau
mengontrol kenaikan gula darah sehingga menguntungkan bagi penderita
diabetes dan mencegah terjangkitnya seseorang terkena diabetes.
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk,
meningkatkan air dalam feses menghasilkan feces yang lembut dan tidak
keras sehingga hanya dengan kontraksi otot yang rendah feces dapat
dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi gastrointestinal
lebih baik dan sehat. Serat pangan juga diketahui berpotensi mencegah
kanker kolon (usus besar). Beberapa hipotesis yang mengemuka tentang
mekanisme serat pangan mampu mencegah kanker usus besar karena
konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu transit makanan
dalam usus lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus
sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat
mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih
rendah.
Serat pangan larut air menjerat lemak di dalam usus halus sehingga
serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau
lebih. Di dalam saluran pencernaan, serat dapat mengikat garam empedu
(produk akhir kolesterol) untuk dikeluarkan bersamaan dengan feses.
Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam
plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah risiko
penyakit kardiovalkuler.
Di samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi
kesehatan, serat pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang
merugikan. Adapun pengaruh yang merugikan serat pangan dilaporkan
Leveille (1977) dan Espinosa-Nava (1982) dalam Muchtadi (2001); yaitu
sebagai penyebab ketidaktersediaan (unavailability) beberapa zat gizi
seperti vitamin-vitamin larut dalam lemak (terutama vitamin D dan E), serta
mempengaruhi aktivitas enzim-enzim protease. Dilaporkan Silalahi dan
Hutagalung (2010) selain mengurangi absopsi zat gizi juga menyebabkan
flatulen, serat juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
penyerapan mineral dan dapat menyebabkan defisiensi mineral sehingga
meningkatkan risiko osteoporosis pada orang usia lanjut (Tensiska, 2008).