Page 61 - Peran Matematika, Sains, dan Teknologi Dalam Mendukung Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) Yang Berkualitas
P. 61
Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas 49
dengan obesitas merupakan peluang awal seseorang menderita hipertensi.
Hal ini dikarenakan seseorang yang mengalami obesitas, jantungnya akan
cenderung berdenyut lebih cepat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah/hipertensi. Hipertensi
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi perlu dicegah dan diobati dengan merubah pola makan menjadi
pola makan sehat yang berpedoman pada aneka ragam makanan yang
memenuhi gizi seimbang. Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California
State University, Fullerton, CA, masih menjadi perdebatan kontroversi
tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup terhadap terjadinya
aterosklerosis. Serat makanan, Mg dan beberapa mikronutrien seperti Cr, Cu
mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu
terjadinya aterosklerosis.
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang
sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Akhir-akhir ini adanya
perubahan pola konsumsi pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya
konsumsi sayuran dan buah-buahan dan terjadinya pergeseran atau
perubahan pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah
lemak ke pola konsumsi rendah karbohidrat dan rendah serat, tinggi lemak
dan tinggi protein. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kasus penyakit-
penyakit seperti jantung koroner, kanker kolon, dan penyakit degeneratif
lainnya di Indonesia.
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber,
merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari
karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan
penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian
atau keseluruhan di usus besar (Fungsi utama serat, 2010). Muchtadi (2001);
Silalahi dan Hutagalung (2010), menyebutkan bahwa serat pangan adalah
bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzim-enzim
pencernaan. Lebih lanjut Trowell et al. (1985); Herminingsih (2010);
mendefiniskan serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang
tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu
meliputi hemiselulosa, selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan
lapisan lilin. Sedangkan Meyer (2004) dalam Santoso (2011) mendefinisikan