Page 48 - Cakrawala Pendidikan
P. 48

Aria Djalil


          Dan  .... disitu pulalah koin berharga itu telah terjatuh.
          Jika  Delamon  benar,  maka  kurikulum yang  selalu  menjadi  sasaran
          dan  bahkan  terkesan  menjadi  kambing  hitam,  dan  mungkin  pula
          menjadi  alat "pembenaran",  boleh  jadi  tidak  termasuk  dalam  kotak
          hitam  tersebut.  Tetapi  mengapa  kurikulum?  Jawabannya  adalah,
          mungkin  karena  kurikulum  itulah  yang  mudah  diketemukan.
          Mengapa  bukan  kotak  hitam?  Jawabannya  adalah,  mungkin
          ltarena  gelap dan  kelam,  terlalu  kecil  dan  rinci.  Bukankah  menurut
          pepatah  tua  "the  devil  is  in  the  details?''  Siapa  pula  yang  senang
          beroperasi  di  tempat  yang  gelap,  kelam,  kadan~  n,enakutkan
          terlaiu kecil,  dan  ...  belum tentu  menguntungkan?
          Ketika  penulis  masih  di  Balitbangdikbud  dan  kemuJian  d1alih·
          tugaskan  ke  Univerc'tc: ·  Terbuka.  sebagian  besm  tugas  penulis
          s:!alah  melakukan  risct  kependJdikan.  Penu!is juga  berkesempatan
          Lr.tuk  :nergkaJi  uianJ  dan  membaca  sej~rniah  laporan  penelitian
          yang  berbasiskan sekolah dan kelas

          Ada  tiga  variabel  yar,g  acap!cali  dan  kons1sten  ciilapork6;1  Variabel
          itu  adalah:  1)AL T  (Active  Learning  Tirne);  2)  ent/;usJasm,  dan  3)
          support  system  Ketiga  variabel  ini  hampir  dapat  kita  ibaratkan
          dengan  tiga  koin  yang  sedang  hilang  di  tengah  hutan,  di  malam
          yang  kelam.
          Walaupun  mungkin  masih  bersifat  hipotetis  dan  spekulatif,
          sebagian   terbesar   kelemahan   pendekatan   pembaharuan
          pendidikan kita terletak pada sistem pendukungnya.
          Model  sistem  pendukung  pendidikan  kita  ibarat  sebuah  kerucut
          terbalik;  bagian  dasarnya  yang  besar  berada  di  atas,  sedangkan
          bagian  ujungnya  yang  lancip  berada  di  bawah.  Akibatnya,  sistem
          pendukung  pendidikan  kita  menjadi  tidak  normal  dan  labil.  Hampir
          seluruh  keputusan  yang  menyangkut  kebijakan,  program,  dana,
          sarana  dan  prasarana,  serta  personel  menumpuk  di  atas,  akibat
          sistem  kita  yang  sentralistis.  Ditambah  dengan  tali-temali  dan
          jaring-jaring  birokrasi  serta  sejumlah  pertautan  kepentingan  yang
          sempit,  mengakibatkan  kucuran  ke  bawah  yang  semestmya  dapat
          dimanfaatkan  oleh  sekolah,  kelas,  kepala  sekolah,  guru  dan  murid
          untuk  upaya  perbaikan  pendidikan  hampir  tidak  ada  artinya.
          Dengan  sistem  pendukung  kerucut  terbalik  itu  mengakibatkan
          jumlah,  intensitas  dan  mutu  "active  learning  time" dan  entusiasme



          36
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53