Page 46 - Cakrawala Pendidikan
P. 46

Aria


          Kelemahan  ini  diperburuk  lagi  dengan  belum  terfokusnya  arah,
          strategi  dan  implementasi  pembaharuan  pendidikan  kita.  Kita,
          agaknya  terlalu  terpasung  dengan  pendekatan  konvensional.
          Simak  saja  pembaharuan  pendidikan  yang  telah  berkali-kali  kita
          lakukan  selama  ini:  selalu  atau  hampir selalu  diidentikkan  dengan
          pergantian  kurikulum.  Kita  percaya,  jika  kurikulum  itu  diperbaiki,
          maka  akan  terjadi  peristiwa "trickle down  effects"  mulai  dari  pusat,
          propinsi,  kabupaten,  kecamatan  hingga  dengan  sekoiah.  Dalam
           Ken)'ataannya.  setelah  K1ta  melakukan  beberapa  kali  rev1s1  dan
          penggantian  kurikulum,  mutu  pendidikan  kita  belum  rnenunjukk3n
           oer ::2•kan.  Baik 1tu   dan tuntutan  kntet:a internal   n ,a;
             1
           EBT.A  dan  EBTANAS  UMPTN.  daya  serap  ms:en  pelapran
           rnaupL:;!  kriteria c':s: .. ,,a!  seper:!  ke~erp31\ai;::m  lu\;:;;an  o!e:.  sektu
           indcstri,  usaha d::w  ;Y.::'dagangan.  serta kewiraswastaan
                              it~:.  :id::Jk  berarti   mengatakan  l.:ahwa
           perba:kan  cbn  p<2rga:~ti2r k•Jrikulum  bukar~ bagian dar:  upay2  ~mtuk
                        r:;utu  i:lt(:Tai  dan  eksternal  pendidikan.  Yang  i'lgin
           pen,~:,..:;  kkankan    dengan  segala  keterbatasan  scm:ber
          yang  sedang dan  mungkin masih akan  kita  hadapi  beberapa tahun
           ke  de pan:  1)  apakah  perubahan  itu  harL:s  se!alu  dimul2i  dari
           kurikulum?;  2)  mengapa  kita  tidak  menggunakan  pendekatan
           prioritas,  "ambeg  pramaarta",  yaitu  muiai  dengan  bagian  dimana
           sebagian  besar penyebab  rendahnya  mutu  pendidikan  itu  berasal;
           dan  3)  memulainya  dengan  bagian  yang  menjadi  ''critical  mass"
           untuk mendorong terciptanya pertumbuhan  yang  bercirikan "snow-
           ballmg" bagi pemecahan masalah benkutnya?

           Pengalaman  kita  menunjukkan,  memulai  perbaikan  dengan  revisi
           dan  pergantian  kurikulum  telah  mengundang  kegiatan  yang  besar
           dan   beragam.   Begitu   besar  dan   beragamnya,   sehingga
           mengundang  pula  biaya  yang  besar.  Masalah  ini  semakin
           diperparah  dengan  adanya  praktek  inefisiensi  dan  inefektivitas.
           Sayangnya  lagi,  sebagian  besar  kegiatan  dan  praktek  itu  terjadi
           pada  lapisan  yang  jauh  dan  bahkan  adakalanya  tidak  menyentuh
           dunia sekolah
           Memperbaharui  kurikulum  pada  umumnya  bukan  hanya  sebatas
           memperbaiki  buku  kurikulumnya.  Hal  ini  akan  segera  merembet
           pada banyak aspek yang terkait akibat perubahan itu.  Puluhan dan



           34
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51